Selasa 01 Feb 2022 07:34 WIB

Vaksin Merah Putih Unair Uji Klinis 9 Februari

Proses uji klinis tahap pertama dijalankan dengan cara menyuntikkan vaksin.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Vaksin Merah Putih Unair Uji Klinis 9 Februari (ilustrasi).
Foto: Republika
Vaksin Merah Putih Unair Uji Klinis 9 Februari (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Vaksin Merah Putih yang merupakan inovasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bakal melakukan uji klinis pada tahap pada 9 Februari 2022, setelah mendapat persetujuan dari BPOM.

Proses uji klinis tahap pertama dijalankan dengan cara menyuntikkan vaksin kepada sembilan puluh relawan berusia minimal 18 tahun yang belum pernah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis satu dan dua. Penyuntikan rencananya dilakukan di RSUD dr. Soetomo, Surabaya.

Baca Juga

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun mengharapkan doa seluruh masyarakat Jatim agar pelaksanaan uji klinis dapat berjalan lancar dan sukses sesuai dengan target yang diharapkan. Dengan begitu, vaksin tersebut dapat segera diproduksi dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Semoga semua berjalan lancar, tidak ada kendala berarti dalam pengembangan vaksin karya anak bangsa ini," kata Khofifah, Senin (31/1).

 

Khofifah menjelaskan, saat ini kelengkapan administrasi Vaksin Merah Putih Unair sudah dipenuhi. Ditambah lagi perusahaan yang memproduksi telah megantongi sertifikat Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB). Khofifah pun memasrikan, relawan dalam pelaksanaan uji kilinis tahap pertama bakal melalui proses penyaringan ketat sebelum dilanjutkan ke fase suntik.

"Para relawan yang akan melakukan uji klinis telah didata dan akan diminta datang di RSUD dr. Soetomo yang direncanakan pada 9 Februari ini," ujarnya.

Khofifah melanjutkan, Vaksin Merah Putih buatan Unair ini memiliki potensi luar biasa. Dimana vaksin tersebut rencananya dihunakan untuk booster. Apalagi setelah CDC Amerika dan NHS UK telah merekomendasikan vaksinasi booster karena terbukti mampu mengurangi risiko infeksi dan gejala berat yang diakibatkan Covid-19 varian baru, termasuk Omicron.

Khofifah melanjutkan, berdasarkan situasi terbaru dari WHO, peningkatan kasus terinfeksi Covid-19 yang disebabkan varian Omicron sudah mencapai lebih dari 80 persen. Varian Omicron juga menunjukkan sekitar lima kali lebih tinggi risiko terinfeksi kembali jika dibandingkan dengan varian delta.

"Dimana pemberian vaksin booster di negara-negara maju terbukti efektif mengurangi angka rawat inap di rumah sakit sebesar 89 persen. Oleh karena itu, kami sangat berharap Vaksin Merah Putih ini bisa menjadi kandidat booster vaksinasi di Indonesia" ujar Khofifah.

Khofifah melanjutkan, alasan tersebut sangat relevan, mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 272 juta jiwa tentu tidak bisa selamanya bergantung kepada vaksin Covid-19 produk luar negeri. Pelaksanaan kegiatan vaksinasi booster pun membuat kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia semakin besar. Menurutnya, menjadi keniscayaan bagi Indonesia untuk dapat memproduksi vaksin Covid-19 secara mandiri.

Khofifah pun siap mendukung percepatan uji klinis Vaksin Merah Putih mulai dari tahap pertama hingga tahap ketiga. Bahkan dirinya mengaku siap menjadi orang pertama yang mendapat suntikan booster Vaksin Merah Putih buatan Unair jika diizinkan.

"Kami semua bangga dengan Unair yang punya komitmen kuat memberikan persembahan terbaik bagi negeri ini. Apalagi dapat memberikan perlindungan dan keselamatan kepada seluruh masyarakat Indonesia," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement