Kamis 17 Feb 2022 09:26 WIB

Animator AoT Final Season Bekerja Non-Stop, MAPPA Dikritik

Kritik yang dilontarkan kepada MAPPA tidak hanya terjadi kali ini.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Manga Attack on Titan
Foto: Appszone
Manga Attack on Titan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Animator anime Attack on Titan (AoT) Final Season, Teruyuki Omine, mengungkapkan bahwa dia baru bisa pulang untuk pertama kalinya setelah tiga hari non-stop mengerjakan proyek anime AoT Final Season Part 2 di studionya. Ungkapan Teruyuki tersebut memicu kritikan masyarakat khususnya penggemar anime terhadap bagaimana industri anime memperlakukan animatornya.

Hal tersebut diungkapkan Teruyuki dalam akun Twitter-nya beberapa waktu lalu. Namun, saat ini postingan tersebut sudah dihapus. "Saya pulang untuk pertama kalinya dalam tiga hari...," kata Teruyuki seperti dilansir di CBR, Rabu (16/2/2022) waktu setempat.

Postingan tersebut menyiratkan bahwa ia bekerja di studionya selama 72 jam berturut-turut untuk mengerjakan AoT Final Season Part 2. Teruyuki pun mendapat dukungan dari penggemar serial tersebut dan memintanya untuk istirahat.

Namun, pernyataan yang sempat diposting Teruyuki menyebabkan kritikan yang keras terhadap budaya industri anime Jepang, khususnya Studio MAPPA. Pasalnya, anime AoT Final Season sendiri digarap oleh MAPPA.

Selain AoT, MAPPA juga tengah banyak mengerjakan anime besar lainnya dan membuat animatornya overworking atau bekerja terlalu keras. Seperti Chainsaw Man, Jujutsu Kaisen Season 2, Dance Dance Danseur, dan Hell's Paradise: Jigokuraku.

Selain itu, MAPPA juga tengah mengerjakan Alice to Therese no Maboroshi Kojo, Yuri!!! on Ice the Movie: Ice Adolescence, Zombie Land Saga The Movie films, termasuk serial Kakegurui Twin untuk ditayangkan di Netflix.

Kritik yang dilontarkan kepada MAPPA tidak hanya terjadi kali ini. Bahkan, pada 2021 lalu MAPPA bersama kolaboratornya yakni Netflix juga dikritik oleh animator veteran, Ippei Ichii, karena perusahaan tersebut membayar animator dengan gaji yang rendah.

Selain itu, animator lainya juga sempat melontarkan kritikan dengan menggambarkan bahwa animator bekerja dalam 'kondisi seperti pabrik' dan memaksa animatornya bekerja 'sampai matahari terbit'. Belum lagi kritikan terkait manajemen perusahaan dikarenakan mengambil terlalu banyak proyek sekaligus.

Meskipun begitu, MAPPA secara terang-terangan membantah semua tuduhan tersebut dengan mengungkapkan bahwa gaji yang dibayarkan kepada animator sudah adil dan sesuai. Banyaknya kritikan yang diterima MAPPA, membuat studio anime tersebut berusaha meningkatkan citranya dengan membangun kantor baru di Ogikubo, Kota Suginami, Tokyo.

Kantor baru itu dibuka dengan fasilitas yang lebih lengkap dan menawarkan proyek anime besar yakni Chainsaw Man kepada animator. Pengerjaan anime ini ditawarkan dengan gaji yang lebih tinggi dari rata-rata industri anime di Jepang.

The New York Times pada Februari 2021 lalu juga menerbitkan laporan terkait rendahnya gaji yang diterima animator yang bekerja full-time. Laporan tersebut menyebutkan bahwa animator Jepang hanya dibayar 200 dolar AS dalam sebulan.

Gaji animator ini berbanding terbalik dengan industri anime yang saat ini tengah booming, bahkan hampir di seluruh dunia. Jika hal ini terus berlanjut, diperkirakan akan banyak animator yang meninggalkan bisnis anime Jepang untuk meningkatkan karir dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi, yang tentunya ini dapat membawa kehancuran bagi industri anime Jepang.

Otoritas Jepang pun saat ini tengah membahas undang-undang terkait hal itu. Sehingga, nantinya akan ada regulasi lebih ketat yang mengatur tentang bagaimana industri anime maupun industri manga dalam memperlakukan karyawannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement