Jumat 04 Mar 2022 21:56 WIB

Kaji Market Maker, Dosen UMP Raih Doktor Ilmu Akuntansi

Peran market maker untuk menstabilkan harga menjadi sangat penting.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMP.
Foto: Dokumen.
Kampus UMP.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Staf pengajar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) meraih gelar doktor dari Universitas Airlangga Surabaya. Dosen yang meraih gelar strata III ini adalah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis bernama Dr Amir.

Dalam disertasinya, Amir mengangkat judul Pengaruh Net Volume Saham Market Maker, Asimetri Informasi, Leverage dan Nilai Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan.

Menurutnya, dia mengangkat judul tersebut dalam disertasinya untuk menguji pengaruh net volume saham market maker, asimetri informasi, nilai perusahaan dan leverage terhadap profitabilitas mengingat belum dikeluarkannya peraturan tentang market maker untuk mengurangi asimetri informasi, insider trading, dan permainan harga oleh market maker, khususnya market maker dalam grup perusahaan.

“Kasus kejahatan di bursa saham Indonesia melibatkan lebih dari satu perusahaan sekuritas sebagai market maker. Selain itu, penelitian sebelumnya terjadi gap pada volume market maker, asimetri informai terhadap informasi fundamental perusahaan,” jelasnya, Jumat (4/3/2022).

Amir mengungkapkan, sampel penelitian menggunakan purposive sampling pada perusahaan di grup Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LIPPO, PANIN, ASTRA, dan Sinar Mas selama empat (4) kuartal pada periode 2015-2018. Metode analisis menggunakan model estimasi data panel Fixed Effect.

Dari hasil penelitian ini, dia mengatakan dukungan teori Struktur Pasar Mikro dan teori signaling, di mana net volume market maker, asimetri informasi, dan nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Sedangkan leverage gagal mengonfirmasi pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Pada variabel kontrol, hanya PER yang berpengaruh negatif, sedangkan ROA, dan size berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.

Di sisi lain Amir juga menyatakan, hasil analisis pada perusahaan masing-masing grup berbeda-beda. Net volume market maker positif merupakan indikasi peran market maker dalam penentuan harga sangat dominan terkait informasi profitabilitas perusahaan.

“Sedangkan spread ask-bid yang melebar mengindikasikan adanya asimetri informasi pada informasi profitabilitas,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menyarankan, penelitian yang lebih luas dapat dilakukan untuk menguji adanya manajemen laba pada masing-masing grup. Peran manajemen perusahaan induk tentu sangat besar, sehingga peran market maker untuk menstabilkan harga (maintenance) tentu menjadi sangat penting.

“Sebagaimana penelitian Alawag, (2020) yang menemukan bukti bahwa perusahaan induk melakukan tekanan untuk melakukan manajemen laba terhadap perusahaan anak. Penelitian yang akan datang dapat menggunakan data pada sektor tertentu untuk memprediksi perilaku market maker,” jelasnya.

Penelitian yang akan dating, tambah Amir, dapat menguji perbedaan pada sampel perusahaan yang laba dan rugi agar dapat menguji abnormal return market maker.

"Bagi Otoritas Jasa Keuangan perlu segera menerbitkan aturan yang jelas dan memisahkan peran antara market maker, penjamin emisi saham dan broker di Bursa Efek Indonesia,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement