Senin 21 Mar 2022 16:28 WIB

UGM Kembangkan Padi Amphibi Gamagora, Ini Keunggulannya

Gamagora sedang dilakukan uji multilokasi 14 lokasi di seluruh Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Salah satu lahan varietas padi Amphibi Gamagora yang dikembangkan Fakultas Pertanian UGM.
Foto: Dokumen.
Salah satu lahan varietas padi Amphibi Gamagora yang dikembangkan Fakultas Pertanian UGM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim peneliti Fakultas Pertanian UGM yang diketuai, Dr Taryono, tengah mengembangkan varietas padi Amphibi. Hal ini dalam rangka menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global.

Baik karena el-nino dan la-nina, serta dalam pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun. Sesuai nama julukannya, padi dengan nama produk Gamagora ini merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah.

Ia menerangkan, padi ini sedang diuji di delapan lokasi sawah dan enam lokasi tanah tadah hujan. Kegiatan uji multilokasi ini diselenggarakan untuk mendapat izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian (Kementan).

"Gamagora sedang dilakukan uji multilokasi 14 lokasi di seluruh Indonesia," kata Taryono ditemui di sela-sela peninjauan lokasi uji multilokasi di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Ahad (20/3/2022).

 

Anggota peneliti lainnya, Dr Panjisakti Basunanda menuturkan, uji multilokasi dilakukan untuk mendapatkan keunggulan padi ini dibanding dengan padi sejenis yang sudah ditanam di Indonesia. Dalam proses ini, mereka melibatkan 10 calon.

Yang mana, lanjut Panjisakti, dibandingkan dengan kultivar yang sudah eksis di Indonesia, yang disukai petani dan unggul. Paling tidak, ia menekankan, syarat-syarat kultivar bisa lulus menyamai penampilan, menyamai karakter yang unggul.

Sejauh ini, keunggulan dari jenis padi ini bisa ditanam di lahan persawahan maupun lahan non sawah. Ia menerangkan, padi ini selalu unggul di sawah dan lahan kering karena itu disebut amphibi sebagai label berkesan bagi petani.

Meski memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektare, padi amphibi ini tengah dilakukan uji multilokasi terhadap 10 galur harapan di 14 lokasi di sembilan provinsi. Meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY.

Kemudian, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Halmahera Utara. Menurut Panjisakti, sampai saat ini beberapa yang sudah sempat mereka produksi sudah mulai terlihat potensi hasil produksi lebih tinggi di air pembandingnya.

"Ada kemampuan beradaptasi dan stabilitas. Siap dirilis nasional jika bagus di semua tempat. Jika hanya satu (tempat), maka hanya kultivar satu tempat saja," ujar Panjisakti.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menambahkan, padi ini memiliki potensi untuk bisa ditanam di dua lokasi area persawahan dan lahan kering. Karenanya, padi ini bisa menjadi bibit padi yang baik untuk meningkatkan produktivitas padi di Tanah Air.

"Bibit yang bagus menjadi kebutuhan bagi pertanian kita jika produktivitas harus kita tingkatkan per hektarnya. Saya kira, minimal 10 ton per hektare sangat bagus dan dengan meningkatnya produktivitas per hektare tentu menguntungkan petani," katanya.

 

Selain meninjau lokasi uji multilokasi padi Gamagora, rektor panen raya varietas Inpari 42 sekitar lokasi sama. Gabah yang dihasilkan diproses jadi benih padi bersertifikat, separuh digunakan sebagai bantuan ke poktan sekitar PIAT UGM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement