Ahad 10 Apr 2022 14:46 WIB

Sejumlah Konsumen Pertamax di Kudus Beralih ke Pertalite

Konsumen beralih ke Pertalite karena disparitas harga yang cukup tinggi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Warga membawa jeriken antre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) (ilustrasi). Sejumlah konsumen bahan bakar mesin (BBM) jenis Pertamax di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai beralih membeli Pertalite.
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Warga membawa jeriken antre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) (ilustrasi). Sejumlah konsumen bahan bakar mesin (BBM) jenis Pertamax di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai beralih membeli Pertalite.

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Sejumlah konsumen bahan bakar mesin (BBM) jenis Pertamax di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai beralih membeli Pertalite, menyusul adanya kenaikan harga Pertamax dari sebelumnya Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter.

Santi, salah satu warga Bae, Kudus, Ahad (10/4/2022), mengakui, awalnya membeli Pertamax karena kualitasnya memang dirasakan saat berkendara tarikan gasnya lebih ringan, dibandingkan saat memakai Pertalite. Akan tetapi, kata dia, dengan adanya kenaikan harga jual Pertamax, dirinya terpaksa beralih membeli Pertalite yang lebih murah dengan harga Rp 7.650 per liter.

Baca Juga

"Lumayan selisih harga sebesar Rp 4.850 per liter bisa dipakai untuk kebutuhan harian lainnya. Sedangkan aktivitas harian juga hanya pulang pergi ke kantor dengan bersepeda motor," ujar Santi.

Perubahan pola konsumsi pengguna Pertamax beralih ke Pertalite tersebut, dimungkinkan terjadi pada pengguna kendaraan lainnya. Sebab beberapa operator Pertashop yang hanya menyediakan BBM jenis Pertamax.

Arif, salah satu operator Pertashop di kawasan Jati mengakui permintaan Pertamax setiap harinya mengalami penurunan. Dari sebelumnya bisa mencapai seribuan liter per hari, kini turun lebih dari separuhnya.

"Dimungkinkan konsumennya beralih ke Pertalite karena disparitas harganya yang cukup tinggi. Berbeda ketika selisih harganya tidak banyak tentu pengguna Pertamax akan tetap bertahan," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan operator Pertashop di Kecamatan Bae bahwa sejak adanya kenaikan harga Pertamax per 1 April 2022, permintaan menurun dari sebelumnya bisa mencapai 600-an liter per harinya, kini berkurang menjadi separuhnya.

Pertashop merupakan penyalur resmi Pertamina dengan skala kecil untuk melayani kebutuhan BBM nonsubsidi. Berdasarkan data April 2021 disebutkan bahwa di Kabupaten Kudus ada lima Pertashop.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement