Kamis 21 Apr 2022 13:04 WIB

Lebaran, Penting Bijak Kelola Keuangan

Musim mudik Lebaran umumnya jumlah pengeluaran seseorang lebih besar.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Manajemen keuangan (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Manajemen keuangan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia memiliki budaya mudik, tradisi pulang ke kampung halaman. Tahun ini, diperkirakan jumlah pemudik mencapai 85 juta orang, naik 40 persen dibandingkan jumlah pemudik 2019.

Melonjaknya jumlah pemudik disebabkan tahun ini masyarakat dibolehkan pemerintah untuk melakukan mudik setelah dua tahun dilarang akibat pandemi Covid-19. Agenda mudik turut dijadikan masyarakat sebagai momen tiap orang membelanjakan uangnya.

Mulai membeli pakaian baru, kue, biaya transportasi, sampai bagi-bagi uang kepada anak-anak dan sanak saudara. Tradisi mudik tentu menguras uang di kantong maupun tabungan agar bisa memeriahkan Lebaran bersama sanak keluarga di kampung halaman.

Tapi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Pakar perencana keuangan FEB UGM Yogyakarta, Eddy Junarsin mengingatkan, pada musim mudik Lebaran umumnya jumlah pengeluaran seseorang lebih besar. Bahkan, dibanding dengan pendapatannya selama satu bulan.

Meski begitu, pengeluaran tersebut bisa ditutupi dari hasil pemasukan dari 11 bulan lain. Ada bulan-bulan tertentu, misalnya Hari Raya Idul Fitri dan musim anak masuk sekolah, pengeluaran di atas penghasilan, sehingga terjadi defisit.

"Namun, dihitung secara total tahunan, bisa ditutupi. Karenanya, perlu ada dana yang ditabung sebelumnya," kata Eddy, Kamis (21/4/2022).

Menurut Eddy, dalam mengelola perencanaan keuangan yang baik perlu ada proteksi keuangan, proteksi kekayaan, dan distribusi kekayaan. Meski berlaku bagi setiap orang, namun dalam praktik tidak mudah sesuai kondisi keuangan masing-masing.

Untuk proteksi keuangan, kondisi keuangan saat seseorang memiliki cukup uang memenuhi pengeluaran bulanan. Maka itu, minimal 10 persen total pendapatan tiap bulannya ditabung. \

Selain bisa jadi dana simpanan, juga bisa untuk kegiatan investasi. "Bahkan, dana tabungan itu dijadikan untuk menutupi pengeluaran selama mudik. Kedisiplinan sangat penting untuk menabung," ujarnya.

Untuk utang, Eddy menyebut, rasio utang yang sehat itu persentasenya maksimal 35 persen dari total pendapatan. Karenanya, maksimal cicilan utang kita hanya 35 persen dari take home pay, sedangkan sisanya untuk pengeluaran rutin.

Pengeluaran yang membengkak saat mudik, paparnya, jangan sampai menambah persentase utang baru. Penting menjaga rasio utang tetap di 35 persen.

Momen hari raya memang bukan bulan untuk berhemat karena justru pengeluaran bertambah. "Tapi, saya kira bisa ditutupi dari akumulasi dari pendapatan kita selama setahun," kata Eddy.

Namun, kegiatan mudik lebaran bisa memberikan dampak ekonomi bagi daerah yang menjadi tujuan pemudik. Sebab jumlah perputaran uang diprediksi akan meningkat, sehingga mampu memberikan dampak positif ekonomi bagi masyarakat sekitar.

"Pasti pendapatan akan meningkat, terutama para pedagang. Inflasi juga akan naik. Ada efek positifnya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement