Jumat 22 Apr 2022 07:39 WIB

Asam dan Garam 

Membangun kebersamaan bukan hanya urusan sepasang kekasih saja.

Red: Fernan Rahadi
Tulus
Foto: Antara
Tulus

Oleh : Erik Hadi Saputra*

REJOGJA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, hanya butuh waktu satu bulan bagi Muhammad Tulus Rusydi (Tulus) untuk mendapatkan 50 juta views dari lagu terbarunya  berjudul "Hati-Hati di Jalan". Beberapa teman yang saya temui berkomentar sama seperti komentar para Netizen. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Tulus ini seperti mewakili perasaan. Terkait banget dengan apa yang mereka jalani. Kisah dalam lagu ini sepertinya memang kejadian yang sangat mungkin terjadi dalam kehidupan. 

Tulus sendiri mengatakan bahwa lagu yang ditulisnya banyak berdasarkan cerita yang dialami dirinya sendiri. Kejadian yang dilihatnya termasuk interaksinya dengan orang lain dan diri sendiri. Akhirnya semua dirangkum menjadi satu. 

Berikut bait pertama lirik lagu yang menuai banyak pujian itu: "Perjalanan membawamu. Bertemu denganku, ku bertemu kamu. Sepertimu yang kucari. Konon aku juga s'perti yang kaucari".

Pembaca yang kreatif, Anda yang pernah dekat dengan seseorang, saling nyambung dalam berkomunikasi. Saling memberi perhatian. Saling suka mencoba sesuatu yang sama, seperti makanan, minuman dan pakaian. Kesamaan yang terlihat itu membuat Anda merasa menemukan orang yang anda cari selama ini untuk menguatkan cita-cita ke depan. 

Namun pada bait kedua dan ketiga tertulis, "Kukira kita asam dan garam. Dan kita bertemu di belanga. Kisah yang ternyata tak seindah itu. Kukira kita akan bersama. Begitu banyak yang sama. Latarmu dan latarku. Kukira takkan ada kendala. Kukira ini 'kan mudah. Kau-aku jadi kita".

Ada peribahasa "Garam di laut. Asam di gunung. Bertemu dalam belanga juga". Seorang laki-laki dan perempuan kalau berjodoh Insya Allah akhirnya akan bertemu juga akhirnya. Seperti kisah saya sendiri yang lahir dan besar di Sibolga, Sumatera Utara. Istri berasal dari Sumbawa Besar, NTB. Barat dan Timur, bertemunya di Yogyakarta, hehe. 

Namun lirik ini mengambil kondisi terbalik. Pemikiran seperti asam dan garam yang bakal bertemu namun ternyata semua tak seindah yang dikira. Apa yang tampak di permukaan bukan seperti yang ada dalam perasaan. Asam tetaplah di gunung dan garam tetaplah di laut. 

Membangun kebersamaan bukan hanya urusan sepasang kekasih atau suami istri saja yang menjalani. Orang tua, sanak-saudara akan ikut andil menguatkan atau melemahkan. Mudahnya urusan itu menjadi pertanda baik terjalinnya hubungan keluarga. Jadi saya ingin mengatakan bahwa ini bukan hanya cita-cita Anda dan dia saja, namun lebih dari itu. Ini juga Impian keluarga besar anda dan keluarga besarnya. 

Ikatan itu bisa menjadi lemah ketika salah satu keluarga memiliki rencana yang berbeda. Sesuatu yang seharusnya menurut pandangan Anda mudah karena selama ini terlihat sama, ternyata juga banyak kendala. Seperti menyukai siaran radio namun dalam frekuensi berbeda.

Pembaca yang kreatif, sisa bait lainnya yang digabung adalah "Kasih sayangmu membekas. Redam kini sudah pijar istimewa. Entah apa maksud dunia. Tentang ujung cerita, kita tak bersama. Semoga rindu ini menghilang. Konon katanya waktu sembuhkan. Akan adakah lagi yang sepertimu?. Kau melanjutkan perjalananmu. Ku melanjutkan perjalananku. Hati-hati di jalan".

Seorang teman pernah melihat-lihat album foto pernikahan di komputernya. Sambil berkaca-kaca dia berkata "Benar gak sih saya pernah memiliki pengalaman seperti ini?" Tidak pernah menduga kalau semua hanya tinggal sisa dari kenangan yang sudah "mati rasa". Tetap tegar adalah jawaban dari semuanya. Memiliki keyakinan seiring berjalannya waktu. Semua akan terbiasa dan menemukan cerita yang baru. Kita tetap harus melanjutkan perjalanan, menuju sesuatu yang lebih baik. Sehat dan teruslah terinspirasi.

 

*Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement