Senin 09 May 2022 10:56 WIB

TPST Piyungan Diblokir Warga, Yogyakarta Mulai Darurat Sampah

Puluhan truk sampah yang ada saat ini juga sudah penuh dengan tumpukan sampah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Aktivitas pembuangan sampah terhenti imbas penutupan jalan masuk di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Ahad (8/5/2022). Warga menutup akses menuju TPST Piyungan ini merupakan bentuk penolakan terhadap proses transisi pembuangan sampah ke lahan baru. Selain itu, warga juga meminta penutupan TPST Piyungan secara permanen.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Aktivitas pembuangan sampah terhenti imbas penutupan jalan masuk di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Ahad (8/5/2022). Warga menutup akses menuju TPST Piyungan ini merupakan bentuk penolakan terhadap proses transisi pembuangan sampah ke lahan baru. Selain itu, warga juga meminta penutupan TPST Piyungan secara permanen.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penutupan Tempat Pengelohan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan berdampak kepada beberapa daerah di DIY yang tidak dapat membuang sampahnya, seperti Kota Yogyakarta. Penutupan yang sudah terjadi sejak 7 Mei 2022 tersebut mengakibatkan Kota Yogyakarta mulai darurat sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto mengatakan, saat ini kondisi penampungan sampah sudah mulai penuh di Kota Yogyakarta. Baik itu penampungan di TPS maupun di depo.

"Kota Yogya jelas tidak bisa membuang, ketika tidak bisa membuang sampah akan terjadi penumpukan di Kota Yogya. TPS-TPS dan depo yang ada semuanya sudah full untuk menampung sampah," kata Sugeng kepada Republika, Senin (9/5/2022).

Mengingat TPS dan depo sudah mulai penuh, pihaknya juga memanfaatkan truk-truk sampah untuk menampung sementara sampah yang ada. Meskipun begitu, katanya, puluhan truk sampah yang ada saat ini juga sudah penuh dengan tumpukan sampah.

"Solusi kami kedua untuk menampung sampah di truk-truk yang kita miliki, sekitar 39 (truk yang ada) itu sudah penuh semua dan tertutupi oleh sampah semua," ujar Sugeng.

Saat ini, hanya ada sekitar empat armada truk yang tersisa dan disiapkan untuk menampung sampah-sampah di jalan-jalan utama. Pihaknya masih melakukan penyisiran sampah-sampah di jalan-jalan utama agar tetap bersih dengan mengefektifkan armada yang ada.

"Kami upayakan jalan-jalan protokol dan jalan-jalan utama itu tetap bersih, namun sampah-sampah itu (kalau masih) bisa kita tampung dulu di TPS, depo atau di truk-truk yang kita miliki. Kita mencoba sisir, yang penting jalan-jalan utama itu bisa bersih," katanya menambahkan.

Jika penutupan TPST Piyungan terus berlanjut, maka Kota Yogyakarta akan mengalami darurat sampah. Setidaknya, kata Sugeng, Kota Yogyakarta hanya dapat bertahan paling lama lima hari sejak dilakukannya pemblokiran akses ke TPST Piyungan oleh warga pada Sabtu (7/5/2022) lalu.

"Kalau ini sudah tiga hari (sejak pemblokiran), paling banter kita hanya bisa bertahan dua hari kedepan. Kalau besok belum ada pembukaan blokade, jelas kami akan mengalami darurat sampah," jelas Sugeng.

Seperti diketahui, warga yang berdomisili di kawasan sekitar TPST Piyungan memblokir akses masuk bagi truk-truk sampah. Pemblokiran ini dilakukan warga yang terdampak limbah sampah khususnya warga di Padukuhan Banyakan, Kabupaten Bantul, dengan memasang tumpukan batu di jalur menuju ke TPST Piyungan.

Pemblokiran dilakukan menyusul aksi yang dilakukan warga pada Sabtu (7/5/2022) kemarin dan meminta agar TPST Piyungan ditutup permanen. Alasan warga melakukan aksi mengingat masalah sampah di TPST Piyungan yang masih belum terselesaikan hingga saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement