Selasa 10 May 2022 18:16 WIB

Setelah Hampir Tiga Tahun, Pintu Air Tuntang Dibuka

Petani Rawapening berharap periode Juni- September tahun ini bisa bercocok tanam.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Sejumlah nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan di danau Rawapening, wilayah Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang, baru- baru ini. Para nelayan Rawapening mendapatkan stimulus Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) guna mendorong peningkatan kesejahteraan mereka.
Foto: Republika/bowo pribadi
Sejumlah nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan di danau Rawapening, wilayah Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang, baru- baru ini. Para nelayan Rawapening mendapatkan stimulus Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) guna mendorong peningkatan kesejahteraan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Asa ribuan petani yang ada di sekitar danau Rawapening, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, untuk kembali bisa bercocok tanam pada tahun ini kian membuncah.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana mengabulkan penurunan elevasi danau di wilayah Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Tuntang, dan Kecamatan Bawen tersebut.

Hal ini ditandai dengan pembukaan pintu air Tuntang yang hampir tiga tahun terakhir tidak pernah dibuka untuk kepentingan revitalisasi danau alam seluas 2.670 hektare tersebut.

Pembukaan pintu air Tuntang dihadiri oleh Kepala BBWS Pemali Juana, Muhammad Adek Rizaldi, Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha dan jajaran Forkopimda Kabupaten Semarang.

Termasuk perwakilan Forum Petani Rawapening Bersatu (FPRB) yang selama ini terdampak genangan danau Rawapening hingga mereka tidak dapat bercocok tanam.

"Ini memang menjadi tujuan perjuangan para petani di sekitar danau Rawapening ini, agar bisa bertanam kembali pada 1 Juni hingga September 2022 mendatang," ungkap Ketua (FPRB), Suwestiyono, di Kampoeng Rawa, Kecamatan Ambarawa, Selasa (10/5/2022).

Menurutnya, selama tiga tahun terakhir para petani di sekitar danau Rawapening 'senep kembung' karena tidak bisa bercocok tanam di lahan pertaniannya sendiri.

Untuk kepentingan revitalisasi sejak tiga tahun lalu BBWS Pemali Juana tidak membuka pintu air Tuntang hingga elevasi danau Rawapening menggenangi lahan pertanian warga.

Sehingga total ada 2.000-an petani yang tersebar di 14 desa dan empat kecamatan yang terdampak dan harus kehilangan mata pencaharian, karena selama itu pula tidak dapat bercocok tanam.

"Baik petani pemilik lahan, petani yang selama ini menggarap lahan milik pemprov maupun tanah bengkok untuk kegiatan pertanian atau bercocok tanam," kata Suwestiyono.

Kepala BBWS Pemali Juana, Muhammad Adek Rizaldi mengungkapkan, pengurangan elevasi ini merupakan solusi jangka pendek agar petani dapat bercocok tanam krmbali di bulan Juni nanti.

Kendati begitu BBWS Pemali-Juwana dalam melakukan penirunan elevasi ini tetap mempertimbangkan kondisi hilir. Karena danau Rawapening ini merupakan danau alam yang multifungsi.

Selain sumber air baku, pembangkit listrik dan pengendali banjir juga dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi bagi 20,67 ribu hektare lahan pertanian di wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak.

Sehingga, langkah pengurangan elevasi air danau Rawapening tidak bisa serta merta dilakukan, tanpa  mempertimbangkan dampak yang dapat timbulkan di kawasan hilir.

"Oleh karena itu, penurunan elevasi ini harus tetap dilakukan sesuai dengan batas minimal yang dampaknya tidak memberatkan di kawasan hilir, yakni 4 sentimeter per hari," jelasnya.

Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha mengungkapkan, sesuai keinginan para petani, elevasi air Rawapening saat ini berada di angka 462,7 meter diatas permukaan air laut (mdpl).

Agar para petani bisa bercocok tanam, elevasi ideal berada di angka 461,3 mdpl. Artinya perlu penurunan elevasi air hingga 1,4 meter atau sekitar 8 centi meter per hari agar pada awal Juni bisa bercocok tanam.

Namun BBWS sepakat untuk mengurangi elevasi air Rawapening hanya 4 sentimeter per hari atau hanya mampu menurangi elevasi hanya 80 sentimeter selama 20 hari ke depan.

Maka dalam waktu 20 hari ke depan, Bupati meminta agar perwakilan petani dan prnjaga pintu air Tuntang dibantu oleh Bhabinkamtibmas maupu Babinsa untuk memonitor pengurangan elevasi.

"Hal ini untuk memastikan pada awal Juni hingga September 2022 nanti para petani yang ada di sekitar danau Rawapening ini dapat bercocok tanam kembali sesuai harapan selama ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement