Kamis 12 May 2022 15:07 WIB

Kisah Aisyah Sativa, Jagoan Piala Uber Asal Banyumas

Bakat Sativa sudah terlihat sejak mengawali karirnya di PB Delta Purwokerto.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Aisyah Sativa Fatetani mengembalikan kok kearah lawannya pebulu tangkis tunggal putri Jerman Ann-Kathrin Spoeri dalam pertandingan babak penyisihan grup A Piala Thomas Uber 2022 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Selasa (10/5/2022).
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Aisyah Sativa Fatetani mengembalikan kok kearah lawannya pebulu tangkis tunggal putri Jerman Ann-Kathrin Spoeri dalam pertandingan babak penyisihan grup A Piala Thomas Uber 2022 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Selasa (10/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Nama Aisyah Sativa Fatetani semakin dikenal ketika berhasil membawa Indonesia ke babak perempat final di Piala Uber 2022. Sebelum meroket di Uber, Aisyah Sativa dikenal sebagai salah satu talenta bulutangkis di Banyumas, Jawa Tengah.

Ketua Harian Persatuan Bulusangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Banyumas, Taufik Widjatmoko yang juga Koordinator PBSI Provinsi Jateng wilayah Kabupaten Banyumas menceritakan, bakat Sativa sudah terlihat sejak mengawali karirnya di PB Delta Purwokerto.

"Dia dulu latihan di PB Delta Purwokerto. Saat usia 11-12 tahun, ada audisi PB Djarum kemudian lolos dan dibawa ke PB Djarum itu, kemudian perkembangannya cukup bagus sehingga dipanggil oleh Timnas,” kata Taufik, Rabu (11/5/2022).

Menurut Taufik, Sativa merupakan kelahiran Purwokerto beberapa tahun silam dengan Kartu Keluarga (KK) saat itu beralamat di Jalan Sokabaru, Kelurahan Berkoh, Kecamatan Purwokerto Timur.

Namun, ia kerap berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya yang merupakan pegawai bank. Orangtua Sativa diketahui pernah dinas di BRI Purwokerto, kemudian dipindah ke Cilacap, dan sekarang di Wonosobo.

"Bahkan dulu pada saat Porprov 2018, Tiva itu masih mewakili Banyumas karena KK-nya itu masih Banyumas, sampai awal 2019 dipanggil Timnas,” jelasnya.

Dari pelatihnya, sejak kecil Sativa dikenal sebagai atlet yang pantang menyerah meski saat itu posturnya lebih kecil dibandingkan anak-anak lainnya. Daya juangnya itulah yang membuatnya sampai ke level internasional.

"Bisa dilihat dalam pertandingan kemarin itu, dia begitu pantang menyerah,” kata Taufik.

Melihat kesukesan salah satu atlet bulutangkis asal Banyumas tersebut, ia berharap Banyumas akan terus menyumbangkan atlet-atlet lainnya. Tidak hanya di Bulutangkis, tapi di bidang olahraga lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement