Jumat 13 May 2022 16:24 WIB

Ratusan Sapi di Kabupaten Malang Terjangkit Wabah PMK 

Sejauh ini tidak ada laporan sapi yang mati akibat wabah PMK.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Peternak mengikat sapi miliknya yang dijual di Pasar Hewan Singosari, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/5/2022). Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di sejumlah daerah justru membuat harga sapi di pasar tersebut mengalami kenaikan antara Rp500.000 hingga Rp1 juta per ekor.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Peternak mengikat sapi miliknya yang dijual di Pasar Hewan Singosari, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/5/2022). Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di sejumlah daerah justru membuat harga sapi di pasar tersebut mengalami kenaikan antara Rp500.000 hingga Rp1 juta per ekor.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekitar 122 ekor sapi di Kabupaten Malang terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Jumlah ini tersebar di empat kecamatan, yakni Ngantang, Singosari, Wajak, dan Gondanglegi.

Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, Nurcahyo mengatakan, kasus ini bermula saat libur Lebaran pada 26 atau 28 April 2022. Kecamatan Ngantang dilaporkan terdapat hewan ternak yang terindikasi PMK.

"Tapi masyarakat dan peternak di daerah Ngantang itu sudah memberikan obat, antibiotik, dan vitamin kemudian ternaknya lima sampai enam hari sembuh," ucap Cahyo saat dihubungi Republika, Jumat (13/5/2022).

Selanjutnya, tim DPKH Kabupaten Malang turun ke Ngantang pada 8 Mei 2022. Dinas bertemu Koperasi Unit Desa (KUD) yang membawahi kelompok peternak. Melalui ketua kelompok, dinas memberikan edukasi dan pembinaan berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian PMK.

Adapun edukasi yang diberikan antara lain imbauan agar kandang disemprot dengan cairan disinfektan dan membatasi orang masuk kandang. Kemudian peternak harus dalam keadaan bersih saat masuk kandang. Jika terdapat ternak yang terindikasi PMK, maka harus segera dipisahkan.

Dari sisi Pemkab Malang, kata Cahyo, telah dibentuk tujuh tim yang bertugas memantau perkembangan PMK dan memberikan edukasi di 33 kecamatan. Timnya ini diketuai oleh dokter hewan dan juga terdapat perwakilan dari kepolisian. "Timnya itu karena personel juga terbatas. Tetapi kami memiliki petugas di lapangan itu di semua kecamatan ada," jelasnya.

Meskipun jumlah kasus PMK sudah mencapai ratusan, Cahyo meyakini, hewan ternak yang sembuh cukup banyak. Berdasarkan laporan yang masuk dari empat kecamatan, ada 15 sampai 16 ekor sapi yang sembuh. Sementara itu, sejauh ini tidak ada laporan sapi yang mati akibat wabah PMK.

Adapun untuk laporan kasus PMK di 29 kecamatan lainnya, Cahyo mengaku belum menerima informasi dari masyarakat. Namun dia meminta peternak untuk menerapkan langkah-langkah yang sehat dan aman. 

Jika ada indikasi PMK, maka harus segera diobati secara sistematis dengan antibiotik. Apabila sapi panas, maka harus diberikan obat panas dan vitamin agar imunitas tetap terjaga.

Di sisi lain, Cahyo mengaku penanganan wabah PMK tidak masuk dalam program kerjanya. Namun dinas berusaha untuk memberikan vitamin dan antibiotik yang telah tercatat di program sebelumnya. Kemudian dinas juga akan menyemprot cairan disinfektan ke kandang-kandang hewan ternak guna mencegah penyebaran PMK.

"Tapi di masyarakat petani itu sudah terbiasa seperti itu kalau sapi tidak mau makan diberikan vitamin. Luka, diberikan antibiotik. Tapi kita terus lakukan pemantauan kepada para peternak," kata dia.

Untuk diketahui, di Kabupaten Malang tercatat ada 243 ribu ekor sapi potong. Sementara itu, total sapi perah yang ada di 33 kecamatan sebesar 86 ribu. Jumlah ini membuat Kabupaten Malang termasuk salah satu sentra sapi potong dan sapi perah di Jawa Timur (Jatim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement