Ahad 03 Jul 2022 16:17 WIB

Inovasi Arsitek Angkat Historis Kawasan

Ada beberapa perspektif yang bisa dijadikan rujukan bagi arsitek.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Suasana kampus UII.
Foto: Dokumen
Suasana kampus UII.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberadaan seorang arsitek tidak cuma memiliki fungsi untuk membangun suatu kawasan. Sebab, inovasi dari arsitek-arsitek itu terbukti mampu mengangkat nilai-nilai historis yang ada, bahkan tersembunyi dari kawasan-kawasan tersebut.

Deddy Wahjudi dari Labo Architect Bandung mengatakan, menjadi arsitek harus bisa bergerak dan meninggalkan stagnan dalam merancang desain. Artinya, memang harus ada pembaruan yang perlu adaptasi segala macam masalah dalam lingkungan binaan.

Untuk itu, Deddy menjadikan kompetisi sebagai bagian yang tidak lepas darinya agar selalu berinovasi. Pemenang sayembara desain Monas, Blok M, dan Stasiun MRT ini menyebut, ada beberapa perspektif yang bisa dijadikan rujukan bagi arsitek.

Perancangan GBK, misal, ia melihat kualitas lingkungan binaan ketika beberapa sumbu utama yang jadi struktur GBK sendiri. Hal ini jadi jawaban kalau sesuatu yang sifatnya tambahan bisa kurangi sesuatu yang bersifat visual dan struktur.

"Dalam proses pengelolaan bangunan di GBK pengelolaan kavling tidak terintegrasi secara baik, sehingga bisa disebut tidak pro perindustrian," kata Deddy dalam Architect Talks Prodi Profesi, Jurusan Arsitektur di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Ia menyebut beberapa masterplan seperti main stadium, istora, aquatic stadium, madya stadium, tennis indoor, dan basket hall. Perancangan tetap melihat bagian vegetasi, dan ini sudah jadi bagian yang tidak lepas dari pertahanan arsitektur.

Pola geometris, pola tata ruang, sirkulasi, dan lain sebagainya menjadi catatan tersendiri untuk pengembangan selanjutnya. Tahun ini, Deddy kembali mendapatkan amanah menjadi pemenang sayembara nasional untuk Stasiun MRT Kota Tua.

"Sekarang memang sudah lari kencang untuk mengimplementasikan proses sayembara ini," ujar Deddy. Ketika merancang MRT Kota Tua, Deddy menyebut karyanya dengan Dwara Batavia.

Ini bermakna 'Gerbang Batavia' yang diambil dari Bahasa Sanskerta. Bentuk lengkung dari stasiun menyimpan arti sebagai representasi gerbang ke luar-masuk kota tua.

Kesulitan merancangnya ketika menghubungkan antara stasiun yang memanjang dari selatan dan utara, sehingga di dalam orang memiliki navigasi melihat kegiatan di luar. Unsur gerbang Kota Tua diperkuat agar orang merasakan suasana berbeda.

"Desain ini berusaha membawa produktivitas dan semangat kebaruan, stasiun, plaza, dan jalur pedestrian di sekitarnya. Yang mana, menghadirkan desain secara harmonis dalam kawasan yang kental akan nilai historis tersebut," katanya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement