Senin 04 Jul 2022 15:06 WIB

PLTS Entaskan Problem Pengairan Sawah di Kaliurip

Air untuk lahan pertanian sangat melimpah dan para petani tidak mengalami kekurangan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Panel surya instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang mampu mengasilkan daya listrik hingga 44,6  kilo Wattpeak (kWp) di Dusun Kalisasak, Desa Kaliurip, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. PLTS ini dimanfaatkan untuk memompa air sungai Tajum bagi pengairan 20 hektare lahan persawahan warga warga dusun setempat.
Foto: Bowo Pribadi
Panel surya instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang mampu mengasilkan daya listrik hingga 44,6 kilo Wattpeak (kWp) di Dusun Kalisasak, Desa Kaliurip, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. PLTS ini dimanfaatkan untuk memompa air sungai Tajum bagi pengairan 20 hektare lahan persawahan warga warga dusun setempat.

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Bowo Pribadi?Jurnalis Republika

Musim kemarau, kini bukan menjadi hambatan bagi para petani di pinggiran sungai Tajum, wilayah Dusun Kalisasak, Desa Kaliurip, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah untuk tetap menanam padi.

Baca Juga

Mereka bahkan kian leluasa bercocok tanam saat musim tanam tiba, karena air bisa terus mengairi petak- petak sawah petani. Hal ini berkat dukungan dua pompa air yang dioperasionalkan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Kepala Dusun (Kadus) Kalisasak, Prayitno menuturkan, dusunnya memang cukup unik. Meski wilayah dusun ini ‘dibelah’ oleh aliran sungai Tajum --yang debitnya terus terjaga-- air selalu menjadi problem bagi petani, terutama setiap musim kemarau.

Sebab secara topografi, posisi lahan pertanian di dusun ini lebih tinggi dari permukaan sungai Tajum. Pada saat musim hujan, air untuk lahan pertanian sangat melimpah dan para petani tidak mengalami kekurangan.

“Tetapi saat memasuki musim kemarau, untuk bisa mencukupi kebutuhan air lahan pertanian butuh perjuangan,” ungkapnya, saat menerima kunjungan Tim Jelajah Energi Jawa Tengah 2022, di Dusun Kalisasak, baru- baru ini.

Untuk bisa mengairi sawah di musim kemarau –sebelumnya-- para petani harus menyedot air sungai Tajum dengan pompa berbahan bakar solar, agar sawah- sawah mereka tercukupi kebutuhan airnya.

Buntutnya, biaya operasional yang harus dikeluarkan para petani pun kian membengkak. Karena untuk sawah seluas 700 meter persegi saja, setidaknya butuh biaya hingga Rp 100.000 per hari untuk pembelian bahan bakar pompa.

“Bahkan bahan bakar senilai Rp 100.000 tersebut umumnya hanya cukup untuk mengairi sawah seluas 700 meter persegi tersebut selama empat jam,” jelasnya.

Hal ini diamini oleh  Kepala Desa (Kades) Kaliurip, Kitam Sumardi. Pada musim tanam pertama para petani di Dusun Kalisask tidak mempersoalkan kebutuhan air untuk irigasi lahan pertanian Mereka.

Namun memasuki musim tanam ke-dua --apalagi musim tanam ketiga-- biasanya air mulai sulit dan para petani dan harus memompa dari sungai Tajum. “Kebiasaan ini pun sudah berlangsung selama bertahun- tahun,” jelasnya.

Guna menekan pengeluaran biaya, lanjut Sumardi, para petani sempat memasang kincir air untuk ‘mengangkat’ air sungai Tajum ke petak- petak sawah milik warga.

Namun beberapa kali pula kincir air tersebut rusak akibat tersapu arus air, saat sungai Tajum berarus deras. “Sehingga pompa tetap menjadi alternatif agar kebutuhan air pertanian tercukupi,” tegasnya.

PLTS

Solusi kebutuhan air untuk pertanian warga Dusun Kalisasak pun didapatkan. Pemerintah Desa (Pemdes) Kaliurip mendapatkan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas yang dibiayaai dari APBD tahun 2018.

Menurut Sumardi, bantuan ini diwujudkan melalui pemasangan 144 panel surya --yang masing- masing (panel surya) berkapasitas 310 Watt peak (Wp) di wilayah dusun tersebut. Sehingga total kapasitas terpasang listrik yang dihasilkan mencapai 44,6  kilo Wattpeak (kWp).

Pemerintah Desa Kaliurip, juga menganggarkan dana hampir Rp 60 juta guna membangun rumah pompa dan melengkapi instalasi pipa untuk mengalirkan air dari sungai tajum ke sistem irigasi.   

Saat ini, listrik yang dihasilkan dari PLTS tersebut dimanfaatkan untuk memompa air sungai Tajum ke lahan pertanian milik warga. Ada dua pompa air yang terpasang dan masing- masing memiliki kapasitas 5 kWp.

Semetara total lahan pertanian yang teraliri oleh pompa ini mencapai 20 hektare, milik tiga kelompok tani. Bahkan pompa bisa mengairi lahan persawahan tersebut mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 16.30 WIB setiap harinya.

“Sehingga kebutuhan air untuk irigasi pertanian di susun kami –untuk saat ini-- relatif tercukupi, meski musim kemarau sekalipun. Sebab sudah ada PLTS yang menggerakkan pompa, guna menarik air dari sungai tajum,” jelasnya.

Prayitno menambahkan, untuk kompensasi pemanfaatan PLTS ini, setiap petani pemilik lahan (penerima manfaat) hanya dibebani 10 kilogram gabah untuk setiap lahan seluas 700 meter persegi, pada saat panen.

“Dengan asumsi harga gabah Rp 4.000 per kilogram, maka setiap petani penerima manfaat yang memiliki lahan 700 meter persegi, hanya dibebani sebesar Rp 40.000 setiap mereka panen,” jelasnya.

Optimalisasi      

Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko dalam kesempatan ini mengungkapkan, kapasitas terpasang PLTS Kaliurip yang belum termanfaatkan masih cukup besar.

Karena untuk menggerakkan dua pompa air hanya butuh sekitar 10 kWp, Sementara listrik yang dihasilkan dari PLTS ini mencapai 44,6 kWp atau masih ada 34,6 kWp yang masih dapat dioptimalkan.

Untuk itu ia menyarankan agar PLTS ini dapat dioptimalkan lagi, misalnya dengan menambah pompa dan membangun bak penampungan di tempat yang lebih tinggi.

Sehingga --jika saat ini mampu mengairi sawah seluas 20 hektare-- dengan strategi penabahan pompa dan bak penampungan, bukan tidak mungkin lahan pertanian yang teraliri bisa   bertambah dua kali lipat.

“Sehingga masyarakat yang mendapatkan berkah dari pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT) melalui PLTS di Desa Kaliurip ini juga akan semakin bertambah,” ungkapnya.

Sujarwanto juga mengapresiasi Pemdes Kaliurip yang memiliki rencana memanfaatkan PLTS ini untuk mendorong perluasan cakupan Pamsimas dan menjadikan Desa Kaliurip sebagai desa wisata edukasi berbasis EBT.

“Sehingga, tidak hanya petani masyarakat di luar petani juga dapat menikmati manfaat PLTS ini guna mendorong peningkatan perekonomian desa,” tandasnya.

Terpisah, Program Manager Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Service Reform (IESR), Marlistya Citraningrum mengungkapkan, energi surya memang dapat dimanfaatkan untuk mndorong sektor- sektor produktif bagi masyarakat di pedesaan.

Menurutnya, pemanfaatan PLTS di Dea Kaliurip ini mampu menunjukkan bagaimana masyarakat begotong- royong dan bekerja sama dengan pemerintah, mampu berdaya dalam mendukung program transisi energi.

“Semoga, cerita baik ini akan menginspirasi dan pada akhrinya juga dapat direplikasi oleh masyarakat di daerah lain di tanah air ini,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement