Kamis 28 Jul 2022 16:54 WIB

Dua tahun Vakum, Kirab Satu Suro Solo Kembali Digelar

Beberapa kerbau terpapar penyakit PMK.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Penampakan kerbau Kiai Slamet Keraton Solo.
Foto: Muhammad Noor Alfian
Penampakan kerbau Kiai Slamet Keraton Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kirab Satu Suro di Kota Solo, Jawa Tengah, akan kembali dilangsungkan setelah vakum selama dua tahun akibat Covid-19 pada Jumat (29/7/2022) pukul 00.00 WIB. Namun, setelah pandemi angka kasusnya menurun, giliran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang.

Menanggapi hal tersebut, Kanjeng Gusti Pengageng Parentah (KGPH) Keraton Solo Dipokusumo mengatakan sejak ada pandemi kirab ditiadakan. Namun upacara Satu Suro tetap diadakan di dalam keraton.

"Nah kalau berkaitan dengan adanya Covid-19 itu kan lebih banyak berkaitan dengan manusia dan itu kita sudah melaksanakan selama dua tahun ini tidak ada kirab. Namun, upacara Satu Suro-nya di dalam keraton tetap terlaksana," katanya di kompleks keraton, Kamis (28/7/2022).

Dipokusumo menerangkan setelah pandemi angkanya mulai menurun, perizinan untuk acara kirab pun diizinkan dilangsungkan dari Satgas Covid-19. Namun, kini giliran penyakit PMK yang mendera kerbau.

"Nah sekarang itu sudah menurun indikasinya ketimbang dua tahun lalu. Perizinan untuk kerumunan massa kirab sampai hari inipun ditoleransi, diizinkan. Namun rangkaian daripada kirab ini yaitu pengiringan Mahesa ada penyakit yang namanya PMK," katanya.

Dipokusumo menambahkan beberapa kerbau tersebut terpapar oleh PMK. Oleh karena itu, dilakukan upaya penanganan untuk para kerbau. "Mahesa ini ada yang terpapar, jumlahnya 11. Nah untuk tetap bisa terlaksananya kirab tersebut maka perlu pemisahan dan karantina kerbau yang sehat," ujar dia.

Sebanyak lima kerbau disiapkan di Magangan untuk prosesi kirab tersebut. Menurut Dipokusumo, sudah terjalin koordinasi dengan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Peternakan (PKPP) untuk proses pemantauan dan persiapan kerbau.

"Hal tersebut supaya di dalam upacara nanti Jumat malam semua sudah terkondisikan, terawat, dan sehat dan bisa dideteksi kesehatannya,” jelasnya.

Dipokusumo menegaskan sebenarnya tidak ada ketentuan untuk jumlah kerbau yang harus mengikuti kirab. Namun sebenarnya diperlukan adalah kehadiran kerbau itu sendiri sebagai simbol.

"Untuk jumlah kerbau kirab juga bervariasi tidak harus sekian itu tidak. Dulu soal kerbau secara psikologis sangat dekat dengan manusia karena sosial agraris. Maka kerbau menjadi simbolis bagian dari kehidupan manusia, sebab kerbau itu urusannya sama sawah yang berkaitan produksi distribusi dan konsumsi," terangnya.

Nantinya, kerbau akan dikirab melalui rute yang sudah ditentukan. Dipokusumo mengatakan tidak ada perubahan dalam rute setiap kirabnya. Mulai dari rute Supit Urang, Gladak, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, dan kembali ke Keraton Kasunanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement