Kamis 04 Aug 2022 18:35 WIB

Sasaran Imunisasi Anak di Surabaya Capai 178.876 Orang

Pelaksanaan BIAN menjadi komitmen pemerintah dalam upaya mencapai target global.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sasaran Imunisasi Anak di Surabaya Capai 178.876 Orang (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Sasaran Imunisasi Anak di Surabaya Capai 178.876 Orang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengungkapkan, sasaran imunisasi anak usia 9 hingga 59 bulan pada Bulan Imunisasi Naka Nasional (BIAN) Agustus 2022 mencapai 178.876 anak. Nanik mengingatkan, kegiatan imunisasi ini bertujuan untuk melindungi dan mencegah anak-anak di Kota Pahlawan terjangkit penyakit.

“Total sasaran anak usia 9 hingga 59 bulan di Kota Surabaya sebanyak 178.876 anak. BIAN ini adalah pemberian imunisasi Campak-Rubella, serta melengkapi dosis imunisasi Polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat,” kata Nanik di Surabaya, Kamis (4/8/2022).

Baca Juga

Nanik menjelaskan, cakupan BIAN di Kota Surabaya sampai dengan 2 Agustus 2022 baru mencakup 9.244 anak atau 1,92 persen. Masih rendahnya capaian imunisasi, kata Nanik, karena sebagian orang tua Balita masih merasa khawatir dan takut adanya reaksi pascaimunisasi.

“Karena kurangnya pengetahuan mengenai manfaat dan mekanisme penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)” ujar Nanik.

Nanik pun meminta para orang tua untuk tidak panik atau khawatir, mengingat pentingnya imunisasi sebagai salah satu upaya intervensi kesehatan masyarakat terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Ia pun mengimbau untuk seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 9 hingga 59 bulan agar berperan aktif mensukseskan pelaksanaan BIAN.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak berharap, Bpelaksanaan BIAN bisa mendorong orang tua yang anaknya berusia 9 bulan sampai dengan 59 bulan untuk tidak ragu melakukan imunisasi bagi anaknya. Terutama bagi anak yang belum imunisasi rutin maupun lanjutan.

Emil mengatakan, pelaksanaan BIAN menjadi komitmen pemerintah dalam upaya mencapai target global, yakni eliminasi campak rubela atau congenital rubella syndrome (CRS) pada 2023. BIAN juga diharapkan dapat mempertahankan Indonesia sebagai negara bebas polio.

Emil melanjutkan, dalam pencapaian eradikasi polio global, dibutuhkan upaya imunisasi kejar polio injeksi untuk menutup kesenjangan imunitas dan memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio tipe 2. Upaya-upaya tersebut diakuinya juga dilaksanakan melalui kegiatan BIAN.

Selain imunisasi tambahan campak rubella, lanjut Emil, Jatim juga telah melaksanakan imunisasi kejar. Yaitu melengkapi imunisasi rutin (polio dan DPT-HB-HIB) yang belum lengkap didapat saat bayi dan balita di bawah dua tahun.

“Pelaksanaan imunisasi kejar ini sudah mulai dilaksanakan sejak Mei 2022 dan akan terus berlangsung sampai semua anak yang belum lengkap imunisasinya dapat terimunisasi lengkap sesuai usianya,” ujarnya.

Pakar infeksi dan pediatrik tropis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Ismoedijanto mewanti-wanti bahaya yang timbul akibat rendahnya capaian imunisasi. Menurutnya, capaian imunisasi harus terus digenjot untuk menghindari risiko terjadinya kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (KLB PD3I).

Ismoedijanto mengatakan, tidak dapat dipungkiri terjadinya penurunan cakupan imunisasi rutin lengkap (IRL) di tingkat regional maupun nasional akibat pandemi Covid-19. Ia mengingatkan, jka cakupan terus rendah, bukan tidak mungkin terjadinya KLB wabah selain Covid-19. “Jika orang tua takut, cakupan imunisasi semakin rendah dan bahaya penyakit-penyakit PD3I sangat memungkinkan terjadi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement