Uluran Tangan Damai Pelaku Tawuran

Rembuk  

Wahai pelaku tawuran, apa yang ada di pikiran Anda saat ini, ketika tidak sedang tawuran? Mikir gimana caranya nyari musuh, menentukan korban, memilih senjata, janjian lokasi tawuran, atau apa? Kira-kira ada nggak kegiatan lain selain tawuran? Apakah tawuran pasti bisa menyelesaikan masalah, yang sebenarnya bukan masalah, atau kalian cuma ingin menunjukkan kekuatan super, dipuji pacar karena hebat, atau jaga gengsi?

Masih ada ribuan pertanyaan yang saya yakin banyak juga warga bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa di antara kalian yang sering melakukan tawuran? Korban tewas sudah banyak, yang cacat tetap juga bergelimpangan. Kira-kira ada rencana mau berhenti nggak ya?

Kalau boleh saya sedikit kasih saran, maaf ya, ayolah sudahi perang itu. Percayalah bahwa kami yang tidak ikut tawuran mengakui kalau kalian kuat dan macho. Kami tak akan menolak pengakuan itu, tapi – sekali lagi maaf – jangan pakai cara itu. Kasihani orang tua lawanmu yang sudah susah payah membesarkan anaknya, jadi mati sia-sia dengan luka sabetan senjatamu. Ayo deh, sudahi ya. Kita berteman aja.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Korban tawuran tak selalu dari pelaku aktif tawuran. Orang lewat yang tak paham masalahnya bisa kena sabet senjata. Kalau pelakunya tertangkap, dalihnya bisa begini, saya nggak tau kalau dia bukan musuh kami. Lho, kalau memang itu musuh kalian, apa iya harus dihilangkan nyawanya?

Sederhananya begini mas. Kalau itu adik atau kakakmu yang jadi korban, kira-kira Anda marah nggak? Atau malah dendam? Makanya, mulailah dari diri kalian sendiri ya, buat apa tawuran? Untungnya apa? dan lain alasan yang Anda bisa renungkan sendiri.

Ulasan ini tak bermaksud apa pun selain damai, selesai. Itu saja. Nggak ada untungnya buat saya kalau tawuran terus berlanjut. Kalau pun berhenti, saya juga nggak untung apa-apa selain merasa tenang. Tidak ada lagi kabar di TV yang mengisahkan gelutan, ada korban, dan ibu-ibu yang menangis menyaksikan jenazah anaknya dibawa masuk ke rumah.

Usia anak yang sudah membeku, di kisaran 15 sampai 26 tahun, bahkan ada yang lebih muda. Ini usia produktif lho. Usia di saat seseorang lagi punya banyak prestasi. Mereka jadi kebanggan orang tua. Tapi ada juga pelaku tawuran yang umurnya di atas itu. Tua, dan sepertinya sudah berkeluarga. Lha kok ya masih tawuran to, mas.

Sudahlah mas, ajak adik-adiknya agak kreatif bikin apa gitu. Pak Jokowi sudah punya program dana desa, temui aparat desa dan tanyakan, apa yang bisa dikerjakan di kampung Anda. Tak perlu yang mahal atau besar biayanya. Yang penting energinya tersalurkan.

Kalau energi bisa tersalur, yang muncul berikutnya adalah sikap kreatif. Akan ada keinginan dan harapan lain agar tetap eksis. Nggak ada yang munafik bahwa semua butuh uang, butuh ongkos. Semua akan mengalir dan menemukan alurnya setelah kita mulai meng-create sesuatu. Dari sini, ada keyakinan muncul dari warga dan kemudian jadilah rezeki. Itu gampangnya.

Wah, enak saja kau ngomong gitu mas. Iya memang enak sebab saya pun mengalaminya. Dari sesuatu yang nggak dipandang orang lain, akhirnya orang lain jadi yakin dengan diri saya. Jadi deh, produk yang mendatangkan cuan.

Menurut Funay, solidaritas sosial tidak harus berujung pada aksi kelompok yang negatif. Meskipun semangat kebersamaan sebagai sesama warga dari wilayah tertentu, tapi tidak lantas membolehkan tawuran. Semangat kesamaan wilayah, kampung. atau daerah cukup sebatas semangat saja. Bahkan kalau bisa dialihkan ke elaborasi budaya. Itu akan cantik jadinya.

Jika Anda merasa nyaman dengan komunitas yang Anda ikuti, silakan saja. Tidak apa-apa asal jangan pernah menginisiasi untuk menyerang kelompok lain. Jangan khawatir jika dianggap penakut ketika Anda mengajak untuk mengurungkan niat tempur. Suatu saat Anda malah bisa jadi pemimpin di komunitas itu karena sikap kalem yang Anda tunjukkan. Anda disegani oleh kawan di internal dan lawan di ujung sana.

Emile Durkhein sudah bisa memprediksi ini sejak dulu, dan saat ini terbukti bahwa loyalitas di sebuah komunitas akan mengalahkan segalanya. Semangatnya semangat solidaritas. Jadi, yuk berhenti tawuran, istirahat di rumah, dan jadilah sosok kreatif yang mengagumkan. Setelah ini, temui mereka yang selama ini Anda anggap sebagai lawan dan ulurkan tangan perdamaian. Perhatikan bagian tubuhnya yang mungkin pernah kena senjata Anda, sentuh perlahan dan ucapkan maaf. Ikhlas yaa....

Hascaryo Pramudibyanto

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

hascamaulana

Beban Politis Si Kulit Tipis

Menolak Perintah yang Meragukan

Uluran Tangan Damai Pelaku Tawuran

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image