Kamis 11 Aug 2022 14:44 WIB

Siswa SLB Purwokerto Sapa Gubernur dengan Bahasa Isyarat

Seorang guru langsung memandu sebagai perantara antara Ganjar dengan anak-anak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sapa murid-murid berkebutuhan khusus di SLB B Yakut Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Foto: Dok. Pemkab Banyumas
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sapa murid-murid berkebutuhan khusus di SLB B Yakut Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Keceriaan tampak terlihat di wajah Riska Nur Aini, siswa kelas XI SLB B Yakut Purwokerto. Saat teman-temannya grogi, dia justru maju dan langsung menyapa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggunakan bahasa isyarat.

Gubernur Ganjar Pranowo berkunjung ke sekolah tersebut Selasa (9/8/2022) waktu olahraga pagi. Ternyata sosok Ganjar sangat familiar di mata anak-anak difabel, sehingga mereka sangat interaktif saat bertemu.

"Alhamdulillah beliau komunikatif sekali dan anak-anak juga komunikatif sekali karena Pak Ganjar terkenal juga di anak-anak sehingga anak-anak tahu itu siapa, Bapak Gubernur siapa namanya, Pak Ganjar. Meskipun mereka tidak mendengar tetapi mereka tahu bahwa Gubernur Jateng adalah Pak Ganjar," ujar Kepala SLB B Yakut Purwokerto Netti Lestari.

Pagi itu, Ganjar sedang olahraga lari keliling kota Purwokerto, saat melintas di Jalan Kol Sugiri, Purwokerto, Ganjar tiba-tiba berbelok masuk ke SLB B Yakut. Kedatangan mendadak itu sempat membuat heboh para guru di sekolah tersebut. Suasana semakin meriah ketika anak-anak sekolah melihat sosok Ganjar sudah berada di halaman sekolah.

Anak-anak yang semuanya merupakan kelompok tuli dan wicara itu langsung berlarian mendekati Ganjar. Mereka langsung meminta jabat tangan. Saat itulah, seorang guru langsung memandu sebagai perantara antara Ganjar dengan anak-anak.

Sebagian besar anak-anak tahu kalau sosok yang datang itu adalah Gubernur Jateng. Namun tidak banyak yang berani menyebutkan namanya. Sampai akhirnya seorang anak kelas XI, Riska Nuraini, sangat antusias menyebutkan nama Ganjar dengan bahasa isyarat.

Riska kemudian diminta maju oleh Ganjar dan mendapatkan hadiah handphone karena dengan berani menjawab pertanyaan dari kepala sekolah. Setelah itu, Ganjar juga dipertemukan lagi dengan Ila Rahma. Siswa kelas XI itu sebelumnya pernah bertemu dengan Ganjar di Hari Anak Nasional Tini Provinsi yang digelar di Pendopo Banyumas bulan lalu.

"Kamu saya kasih handphone karena sudah berani menjawab. Terus kamu yang kemarin bertemu di Hari Anak ya, ternyata sekolahnya di sini. Nanti biar dikirim sepedanya, mau yang lipat apa yang besar? O yang besar," ujar Ganjar kepada kedua anak itu yang disambut dengan ucapan terima kasih dari Riska dan Ila menggunakan bahasa isyarat.

Nety Lestari mewakili pihak sekolah sangat senang sekali karena Ganjar Pranowo sangat perhatian dan mau mampir ke sekolah meskipun hanya sebentar. Kedatangan Ganjar dapat memberikan motivasi bagi 105 anak difabel tunarungu-wicara di SLB Yakut.

"Semoga nanti Pak Ganjar akan mengingat kami dan akan mendirikan SLB Negeri di Kabupaten Banyumas karena kami ada empat, semuanya swasta. Biar anak-anak Banyumas lebih tercover, bisa menikmati pendidikan yang layak untuk anak-anak berkebutuhan khusus," katanya.

Ganjar Pranowo mengatakan terkait permintaan adanya SLB Negeri di Banyumas bisa saja direalisasikan. Namun sebelumnya harus dihitung dulu rasio, sistem, dan kebutuhannya. Apalagi sejauh ini sudah ada beberapa SLB swata di Banyumas.

"Sebenarnya kita bisa hitung saja, mau SLB, SMK/SMA, semuanya sebenarnya tinggal kita hitung rasionya, sistemnya agar ada perimbangan. Kalau memang diperlukan bukan tidak mungkin. Tadi saya tawari juga, nggak ada yang negeri, ya sudah yang ini saya negerikan boleh tidak? lalu dia mikir," ujarnya.

Ganjar menjelaskan, pada dasarnya tidak menjadi masalah apakah itu SLB negeri atau swasta. Ia lebih menitikberatkan pada akses pendidikan yang harus diberikan kepada siapa pun, terutama yang berkebutuhan khusus. Sebenarnya ada banyak cara atau sistem yang bisa dipakai untuk membantu akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Menurutnya sangat memungkinkan untuk membentuk SLB Negeri, tapi diperlukan kajian mengenai kebutuhan dan kondisi para siswa berkebutuhan khusus sehingga bisa masuk dalam program.

Ia pun memuji anak-anak di sekolah tersebut yang meski tidak bisa mendengar tapi memiliki prestasi yang bagus, sehingga sempat bertemu dengan Ganjar di Hari Anak beberapa waktu lalu.

"Pelan-pelan di beberapa pengalaman bisa menegerikan, bisa membantu yang swasta, bisa kita kasih bantuan keuangan maupun peralatan, capacity building, training, yang penting satu saja, akses anak-anak ada. Bisa negeri bisa swasta," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement