Kamis 11 Aug 2022 15:31 WIB

Kuartal II, Ekonomi Jawa Tengah Tumbuh Lebih Kuat

Sumber pertumbuhan ekonomi Jateng berasal dari konsumsi rumah tangga.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah kapal kayu pengangkut barang antarpulau bersandar di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah kapal kayu pengangkut barang antarpulau bersandar di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemulihan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II 2022 berlangsung lebih kuat, tumbuh 5,66 persen (yoy). Jumlah ini meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,12 persen (yoy) dan lebih baik dibandingkan perekonomian nasional (5,44 persen; yoy).

Berdasarkan sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jateng berasal dari konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jateng berasal dari LU transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi, makan minum, serta pertanian.

Direktur Eksekutif Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng, Rahmat Dwi Saputra menjelaskan, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor luar negeri merupakan sumber pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2022, sementara konsumsi pemerintah dan investasi masih terkontraksi.

"Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,14 persen (yoy) dan memberikan andil 3,62 persen. Perbaikan konsumsi RT seiring dengan peningkatan konsumsi pada periode bulan puasa dan Idul Fitri, liburan sekolah, dan peningkatan mobilitas masyarakat paska pelonggaran PPKM," ujar Rahmat.

Selain itu, sejumlah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia seperti relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), loan to value (LTV) properti dan kendaraan bermotor, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), juga turut menjaga perbaikan konsumsi.

Ekspor luar negeri tumbuh sebesar 35,01 persen (yoy), didorong oleh peningkatan ekspor migas 136,05 persen (yoy). Sementara itu, ekspor non migas Jateng tumbuh 22,94 persen (yoy) termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya (30,37 persen yoy).

Moderasi ekspor non migas disebabkan oleh penurunan ekspor produk kayu dan furnitur akibat kendala sertifikat ecolabel Forest Stewardship Council (FSC), dan penurunan permintaan negara mitra dagang terutama Amerika Serikat. Sementara itu, impor luar negeri Jateng melambat (dari tumbuh 14,69 persen yoy menjadi 9,00 persen yoy), terutama pada impor bahan baku dan barang konsumsi.

Selanjutnya, konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi 3,55 persen (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya sebesar -1,16 persen (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh penurunan belanja barang dan jasa sebagai dampak penyesuaian kontrak pengadaan barang dan jasa akibat kenaikan PPN 11 persen, serta keterbatasan ketersediaan barang pada e-catalog.

Kinerja investasi juga terkontraksi 0,66 persen lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya (-0,24 persen yoy). Dari sisi domestik, kontraksi investasi disebabkan oleh penundaan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) di antaranya akibat perubahan desain, serta penerbitan izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).

"Sementara dari sisi eksternal, investor cenderung wait and see akibat ketidakpastian kondisi global paska normalisasi suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat," kata Rahmat.

Dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jateng berasal dari LU transportasi dan pergudangan (tumbuh 89,34 persen yoy), serta LU penyediaan akomodasi dan makan minum (tumbuh 18,44 persen yoy), seiring penerapan kebijakan pelonggaran mudik.

LU pertanian juga menjadi sumber pertumbuhan dengan tumbuh 4,93 persen (yoy), didorong oleh panen jagung di wilayah sentra Jateng dan implementasi indeks pertanaman IP400 pada tanaman padi.

Namun demikian, kinerja LU industri pengolahan sebagai LU utama Jateng melambat, dari tumbuh 4,78 persen (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,06 persen (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut disebabkan oleh permintaan global yang cenderung menurun akibat kenaikan inflasi pada negara mitra dagang Jateng terutama Amerika Serikat.

Sserta sikap proteksionisme beberapa negara produsen pupuk dan pangan. Sektor utama Jateng yang lain yaitu LU perdagangan tumbuh 3,30 persen (yoy), juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,82 persen yoy), disebabkan rata-rata penjualan stok Ramadhan sudah terjual pada triwulan I 2022.

Ke depan, pemulihan ekonomi Jateng diperkirakan terus berlanjut didukung oleh Covid-19 yang terkendali dan peningkatan mobilitas masyarakat. Namun demikian perbaikan ekonomi diperkirakan tidak sekuat proyeksi sebelumnya.

Ini disebabkan ekspor yang masih tertahan, kenaikan harga energi dan pangan global, serta proteksionisme ekspor beberapa negara produsen pangan dan pupuk. Sejalan dengan moderasi perekonomian global tersebut, permintaan eksternal diperkirakan lebih rendah sehingga sumber pemulihan perekonomian lebih ditopang oleh permintaan domestik.

Prospek Jateng yang memiliki kawasan industri terpadu diharapkan mampu menarik investor dalam merelokasi industri maupun investasi teknologi terkini. Selanjutnya, peran stimulus fiskal dan realisasi program pemerintah akan berkontribusi positif sebagai penyangga pemulihan ekonomi.

"Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement