Rabu 17 Aug 2022 16:27 WIB

Para Eks Napiter Jateng Ikuti Upacara HUT Kemerdekaan RI

Ini menunjukkan bahwa masyarakat Jateng memiliki toleransi tinggi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengikatkan hasduk merah putih pada kepala eks napiter yang diundang untuk mengikuti upacara puncak peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-77, di lapangan Pancasila, Simpanglima, ota Semarang, Rabu (17/8).
Foto: Istimewa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengikatkan hasduk merah putih pada kepala eks napiter yang diundang untuk mengikuti upacara puncak peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-77, di lapangan Pancasila, Simpanglima, ota Semarang, Rabu (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sedikitnya 22 eks narapidana teroris (napiter) mengikuti upacara pengibaran bendera Merah Putih puncak HUT Kemerdekaan RI ke-77 tingkat Jawa Tengah, yang dilaksanakan di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Kota Semarang, Rabu (17/8/2022).

Dengan khidmat para eks napiter  ini mengikuti prosesi upacara mengenang detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945, dengan inspektur upacara Guberur Ganjar Pranowo. Dalam kesempatan ini, gubernur secara khusus juga menyematkan hasduk merah putih di kepala Joko Priyono, salah seorang eks napiter, sesaat sebelum pelaksanaan upacara tersebut dimulai.

“Keterlibatan eks napiter dalam upacara ini membuktikan bahwa Jateng memiliki kepedulian terhadap warganya yang pernah terlibat dalam tindak intoleransi dan radikalisme,” kata Ganjar.

Gubernur juga menyampaikan bahwa ia ingin para eks napiter di Jateng ini juga bisa turut serta memberikan pemahanan terhadap bahayanya intoleransi dan radikalisme kepada masyarakat.

Nantinya, kata Ganjar, itu menjadi satu nilai kebersamaan dalam memupuk nilai-nilai persatuan dan toleransi di Jateng maupun secara nasional.

 “Karena mereka bisa memberikan testimoni bagaimana mereka berproses kembali kepangkuan Ibu Pertiwi dan kemudian mereka bisa mengedukasi dengan berbagai kegiatan positif di masyarakat,” tegas dia.

Apa yang dilakukan oleh gubernur dengan menghadirkan para eks napiter ini diapresiasi oleh Joko Priyono. Menurutnya, ketika para eks napiter ada pada upacara HUT Kemerdekaan RI ini menunjukkan bahwa masyarakat Jateng memiliki toleransi tinggi.

Alhamdulillah, kami ini masih bisa diterima oleh warga Jateng dari kalangan manapun, seperti halnya hari ini, pada momentum Hut Kemerdekaan RI ini,” ungkap Joko mewakili koleganya.

Secara pribadi sebagai eks napiter yang pernah divonis empat tahun penjara karena terlibat jaringan Jamaah Islamiyah (JI), Joko Priyono juga mengapresiasi gubernur yang telah mengundang dan memberikan kesempatan para eks napiter untuk ikut memberi hormat kepada bendera Merah Putih di Hari Kemerdekaan.

Sejauh ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng juga telah memberikan perhatian lebih terhadap para eks napiter, misalnya, dengan memberikan pelatihan wirausaha, sekaligus pinjaman modal untuk membuka usaha.

Alhamdulillah, setelah kami menjalani proses hukum dan keluar dari penjara ada proses mengembalikan kesejahteraan, misalnya memberikan pelatihan memasarkan produk, pelatihan usaha, hingga bisa mengajukan proposal bantuan modal usaha,” kata pria yang kini tengah merintis usaha optik ini.

Ia juga mengaku, selain merintis usaha optik, bersama rekan-rekannya yang telah keluar dari JI juga membentuk wadah yang memiliki tujuan untuk ikut meluruskan pemahaman terorisme menuju pemahaman ahlussunah wal jamaah.

Bukan hanya bersama pemprov dan masyarakat, pembinaan antiradikalisme juga dilakukan bersama dengan Ruangobrol Unit Idensos Densus 88 Aanti Teror Satgas Wilayah Jateng.

Menurutnya, JI bubar pada 2007 dan pada 2008 ia bersama beberapa eks napiter lain mendirikan Neo JI yang memiliki tujuan utama untuk ikut menanamkan pemahaman tentang Pancasila.

Bersama teman-teman eks napiter yang lain, mencoba mengajak  para eks napiter untuk kembali kepada akidah ahlussunah wal jamaah dan kembali ke tengah-tengah masyarakat.

“Tolong pahami Pancasila ini lebih adil, dari proses sejarah terbentuknya sebagai suatu kemaslahatan dan dibuat untuk kebaikan bagi seluruh warga serta bangsa Indonesia ini,” tegasnya.

Hal ini diamini oleh pasangan eks napiter lainnya, Ahmad Supriyanto dan Ika Puspita Sari. Menurut mereka, pemprov maupun masyarakatnya sangat terbuka dan menerima dengan baik para eks teroris yang telah kembali menerima konsep NKRI.

 “Setelah bebas Januari 2022 , semua menerima dan membantu kami, termasuk dalam proses pernikahan. Semuanya membantu dan memberikan dukungan yang positif kepad kami,” lanjutnya.

Sementara bagi Ika Puspita Sari, kesempatan mengikuti upacara bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ini merupakan suatu kehormatan baginya.

Terlebih, ini baru pertama kali kami diundang dalam upacara resmi dalam menyambut HUT Kemerdekaan. “Karena, dahulu dalam kelompok kami, ini menjadi sesuatu yang tabu,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement