Rabu 31 Aug 2022 15:57 WIB

Limbah Styrofoam Bisa Jadi Penyerap Limbah Laundry

Hasil cucian laundry biasanya dibuang tanpa diolah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Adsorben limbah styrofoam.
Foto: Dokumen
Adsorben limbah styrofoam.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Usaha laundry menawarkan kemudahan bagi masyarakat yang tidak sempat mencuci baju sendiri. Namun, ada persoalan pencemaran lingkungan dari air limbah yang sering dibuang langsung ke saluran air tanpa ada pengolahan terlebih dulu.

Dari sana, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinovasi mengembangkan adsorben atau penyerap limbah laundry. Mereka membuat adsorben dan memanfaatkan limbah styrofoam dan limbah cangkang udang yang banyak dijumpai di lingkungan.

Ada Mandrea Nora, Virna Agustisari, Adyatma Bhagaskara, Alice Lim dari FMIPA, dan Hardian Ridho Alfalah dari Fakultas Biologi. Mereka mengembangkan adsorben ramah lingkungan melalui pendanaan dari PKM Riset Eksakta Kemendikbudristek.

Mengangkat Membran Polistirena Sulfonat-Kitosan dari Kombinasi Limbah Styrofoam dan Kulit Udang sebagai Adsorben Surfaktan Anionik pada Limbah Laundry. Hardian mengatakan, mereka memanfaatkan limbah styrofoam dan kulit udang yang melimpah.

"Untuk menciptakan membran yang mampu mengatasi permasalahan limbah laundry ini ," kata Hardian, Selasa (30/8/2022).

Hasil cucian laundry biasanya dibuang tanpa diolah, sehingga menghasilkan limbah cair yang mengandung surfaktan berbahaya. Sedangkan beberapa detergen mengandung bahan jenis surfaktan yang sulit terurai seperti Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

Mandrea mengingatkan, kandungan ini yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Karenanya, di bawah bimbingan dosen Drs Dwi Siswanta, mereka berusaha membuat dan mengembangkan membran yang dapat menyerap komponen ABS dari limbah laundry.

Mereka menggunakan limbah styrofoam. Styrofoam ini bersifat non-biodegradable yang dapat menyumbang penumpukan limbah, sehingga diperlukan pengolahan kimia melalui isolasi dan konversi kandungan polistirena menjadi polistirena sulfonat (pss).

Sedangkan, kitosan dari limbah kulit udang digunakan sebagai polikationik yang dapat menyerap limbah dalam jumlah besar. Mandrea menyampaikan, kombinasi pss dan kitosan tersebut menghasilkan adsorben berupa membran polielektrolit.

Yang mana, lanjut Mandrea, dapat diibaratkan sebagai bola dengan kutub positif dan negatif. Kutub positif mewakili kitosan untuk menarik ABS di limbah laundry, lalu kutub negatif mewakili pss yang berperan sebagai penguat struktur membran.

Inovasi membran pss-kitosan diharapkan bisa jadi inisiator pengembangan adsorben ramah lingkungan. Pembuatan membran melibatkan pemanfaatan limbah berasal dari lingkungan, sehingga tidak cuma menciptakan lingkungan bebas limbah laundry.

"Dapat pula mengatasi persoalan limbah styrofoam dan kulit udang," ujar Mandrea.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement