Rabu 14 Sep 2022 16:09 WIB

Universitas Brawijaya Coba Bangkitkan Usaha Pupuk Organik Cair

Pada kegiatan ini, UB menerjunkan enam orang pakar.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Tim Matching Fund Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Foto: Humas UB
Tim Matching Fund Universitas Brawijaya (UB) Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) Malang mencoba membangkitkan usaha pupuk organik cair. Hal ini diperkuat melalui kerja sama dengan PT Shadani Insan Mulia Abadi (SHIMA) Tulungagung.

Ketua Tim Matching Fund UB, Prof Amin Setyo Leksono menyampaikan, kerja sama dengan PT SHIMA bertujuan untuk mempercepat alih iptek dari perguruan tinggi ke industri. Sebab itu, pihaknya menawarkan tiga formula pupuk organik cair kepada PT SHIMA. "Yaitu pupuk organik cair, pupuk hayati cair, dan pupuk biopestisida cair," katanya.

Pada kegiatan ini, UB menerjunkan enam orang pakar yang terdiri atas ahli bidang mikrobiologi, entomologi, biokontrol, dan ilmu tanah. Kemudian turut menyertakan 10 mahasiswa dari bidang mikrobiologi dan biokontrol.

Mahasiswa tersebut akan mendampingi industri selama satu semester, sekaligus mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Adapun enam pakar yang diturunkan antara lain Irfan Mustafa (ahli mikrobiologi) dan  Zulfaidah Penata Gama (ahli biokontrol).

Kemudian Bagyo Yanuwiadi (ahli rekayasa habitat), Prof Aminudin Afandhi (ahli pengendalian hama) dan Syahrul Kuriiawan (ahli ilmu tanah). Guru Besar Biologi UB ini mengungkapkan, pemilihan PT SHIMA karena termasuk suatu perusahaan agro industri yang bergerak di bidang pertanian.

Di antaranya seperti produksi pupuk phospat, NPK, organik, dan perdagangan pupuk lainnya. Menurut Amin, kerja sama antara PT SHIMA dan UB telah dirintis seja 2021.

Melalui kerja sama tersebut diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa berkegiatan di luar kampus melalui magang di dunia industri dan peningkatan serapan hasil penelitian.

Kemudian juga pengabdian masyarakat dosen oleh industri melalui hilirisasi produk yang sudah mendapatkan paten untuk diproduksi oleh mitra dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar/gapoktan.

Selanjutnya, temuan formula yang akan diadopsi PT SHIMA tersebut telah dikembangkan dari kegiatan penelitian dosen di UB selama lebih dari enam tahun dan sudah dipatenkan. Keunggulan dari produk ini adalah formulasi produk yang berangkat dari praktik di lapangan, baik yang telah dilakukan oleh gapoktan di Malang ataupun beberapa petani dengan  hasil yang memuaskan.

Direktur PT SHIMA, Hadi Mustofa menyampaikan, kegiatan kerja sama tersebut bertujuan untuk membangkitkan lagi industri pupuk yang sempat mengalami kelesuan akibat dicabutnya subsidi pupuk. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian program matching fund yang didukung skema pembiayaan 50:50 dari Kemendikbudristek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement