Kamis 29 Sep 2022 17:59 WIB

Membaca Berbagai Pola

Banyak pengamat ekonomi memprediksi akan terjadi resesi global di 2023.

Red: Yusuf Assidiq
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Resesi global di depan mata, demikian beberapa media memberikan judul berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia. Banyak pengamat ekonomi  memprediksi akan terjadi resesi global di 2023.

Berbagai kejadian, mulai pandemi Covid 19 sampai dengan perang Ukraina dan Rusia yang belum juga usai memberikan pengaruh pada sektor ekonomi secara luas. Hal tersebut memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa yang berakibat pada tingginya inflasi, terutama di banyak negara Eropa dan Amerika.

Oleh karena berbagai kondisi tersebut, para ahli di bidang ekonomi melihat tanda-tanda resesi global sudah semakin nyata di depan mata. Memang tidak bisa disebut sebagai perang berskala kecil, konflik bersenjata yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah diramalkan dapat menjadi butterfly effect yang menyebabkan kekacauan pada skala lebih luas dan periode waktu lebih lama.

Adanya perlambatan kegiatan sektor ekonomi di banyak negara sudah barang tentu memengaruhi kondisi negara-negara lainnya, tidak terkecuali di Indonesia. Berbagai kenaikan harga seperti yang belum lama terjadi di Indonesia pada komoditas bahan bakar minyak menjadi tidak bisa dihindari.

Proyeksi adanya resesi global di 2023 juga telah disampaikan oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani pada Senin (26/9/2022) yang lalu. Ramalan adanya resesi global di 2023 tersebut tentu harus menjadi peringatan bersama agar mampu mempersiapkan diri dalam menghadapinya.

Tidak dipungkiri bahwa daya beli masyarakat akan semakin menurun seiring dengan lonjakan kenaikan harga berbagai barang dan jasa. Hal ini mengingatkan saya pada perbincangan dengan anak pertama yang lahir di 1999, Naufal Rasendriya menyebut bahwa semakin tipisnya kemungkinan generasi milenial dan generasi Z Indonesia untuk mampu membeli tanah atau rumah.

Proyeksi atau ramalan mengenai kesulitan generasi tersebut untuk mampu memiliki rumah sendiri sudah cukup lama dikhawatirkan. Jika ditelusuri melalui mesin pencari maka pada 2012 sudah ditemukan artikel yang membahas kemampuan kepemilikan rumah ini.

Tentu saja banyak variabel yang dapat menjadi faktor penyebab generasi milenial dan generasi Z Indonesia sulit memiliki rumah pribadi, seperti gaya hidup, laju kenaikan harga tanah dan kenaikan gaji setiap tahun tidak seimbang, lokasi tanah, suku bunga, pola pikir, dan lain sebagainya.

Dari berbagai ulasan di atas tampak bahwa melakukan prediksi berdasarkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dapat dilakukan. Kemajuan teknologi saat ini yang telah mampu menjadikan berbagai data ke dalam bentuk digital semakin mempermudah untuk melakukan berbagai estimasi dan simulasi.

Memiliki kemampuan untuk melakukan proses akuisisi, kurasi, analisis, penyimpanan, dan penyajian data menjadi  keahlian yang sangat diperlukan di era digital saat ini. Dan bidang Informatika merupakan salah satu bidang yang sangat berkaitan erat dalam rangkaian proses akuisisi sampai penyajian data tersebut.

Oleh karena itu kepada para mahasiswa baru yang sebagian besar telah menempuh perkuliahan semester ganjil Tahun Akademik 2022/2023 sejak awal September 2022 ini, mulailah aktif untuk berdiskusi, teruslah berpikir kritis bagaimana Anda akan memberikan kontribusi, tingkatkanlah kemampuan literasi teknologi dan literasi digital.

Kemudian, bacalah dan temukan berbagai pola data digital, dan berkolaborasilah lintas bidang ilmu untuk mensinergikan teknologi dengan ide-ide kreatif dan inovatif guna menghasilkan berbagai karya yang dibutuhkan dalam menghadapi beragam kemungkinan yang dapat terjadi, khususnya resesi global pada 2023.

Kisah dalam Surat Yusuf ayat 46-48 berikut dapat menjadi pelajaran yang berkaitan dengan hal tersebut, ”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.” Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.” Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan". Wallahu a’lam. n

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement