Senin 03 Oct 2022 09:13 WIB

Mengurai Kesenjangan Hulu dan Hilir Bisnis Kopi

Kopi lokal Kabupaten Semarang juga tidak kalah dari sisi kualitas.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Diskusi bertema
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Diskusi bertema

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sinergi hulu hingga hilir bisnis kopi di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, masih menghadapi kesenjangan. Produksi kopi yang dihasilkan para petani di daerah ini belum terserap maksimal oleh para pelaku usaha hilir kopi setempat.

Para pelaku usaha hilir (seperti kedai/cafe) yang ada, masih lebih bangga untuk mengolah dan menjual kopi dari luar daerah, meski kopi lokal Kabupaten Semarang juga tidak kalah dari sisi kualitas.

Yang terjadi, kopi produksi para petani di Kabupaten Semarang belum mampu menyamai ketenaran  kopi Temanggung, yang memang lebih familier bagi para pebisnis maupun pecinta kopi lokal Jawa Tengah.

Hal ini terungkap dalam diskusi bertema Sinergi Kopi dari Hulu hingga Hilir yang digelar di SunKop, Ambarawa, Kabupaten Semarang, dalam menyambut Hari Kopi Internasional, Sabtu (1/10) malam.

 

Petani kopi Dusun Tompak, Desa Genting, Kecamatan Jambu, Antep Rosid mengakui, bicara soal kopi di Jateng, Kabupaten Semarang, belum mampu menandingi ketenaran nama kopi Temanggung.

"Padahal sebagian produksi kopi petani di Kabupaten Semarang juga memenuhi kebutuhan kopi di  Temanggung," katanya, dalam diskusi yang menghadirkan pembicara pelaku bisnis hulu dan petani kopi ini.

Ini menjadi sebuah ironi ketika usaha cafe di Kabupaten Semarang yang kini  semakin menjamur kemudian mendatangkan dan mengolah kopi dari Temanggung yang sebenarnya hasil petani lokal Kabupaten Semarang.

"Artinya sampai kapan pun untuk 'membranding' kopi Kabupaten Semarang bakal tidak bisa menyaingi kopi Temanggung," ungkap ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur Dusun Tompak ini.

Sementara itu, Sriyanto, petani dan produsen Kopi Kenthir, Dusun Jeruk Wangi, Desa Bedono, Kecamatan Jambu mengatakan, fenomena ini banyak dipengaruhi petani yang umumnya tidak memiliki skill marketing.

Menurutnya, produksi kopi dari petani sebenarnya terus meningkat tetapi bagaimana menjualnya yang menjadi kesulitan sampai hari ini. "Peran pemerintah untuk membantu meningkatkan harga dari hasil petani masih harus ditingkatkan," katanya.

Di lain pihak, harga jual kopi masih sangat tergantung kepada buyer atau importir. Namun pelan-pelan petani sekarang mulai memahami bagaimana mereka bisa menjual hasil panen mereka.

Dulu harga kopi lawas dibeli tengkulak dengan harga murah,  padahal kopi lawas dibuat bubuk justru lebih bagus. "Kopi lawas sekarang beli dari petani dengan harga lebih tinggi," jelas dia.

Wahid Budi Utomo, pegiat kopi Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu mengungkapkan, yang dibutuhkan saat ini adalah penyebaran informasi terkait kualitas kopi yang dihasilkan petani di Kabupaten Semarang.

Seperti yang dilakukannya selama ini, menjual kopi bukan sekedar menjual barangnya (bijih kopi green bean atau roast been), tetapi menjual cerita dibalik kopi yang dihasilkan para petani.

"Karena kalau sekadar menjual barang, kami, Pak Simon atau Pak Sriyanto semua juga melakukannya. Tetapi harus ada nilai lebih agar kopi Kabupaten Semarang bisa dikenal tidak hanya dari produknya," jelas Wahid.

Baik Simon, Sriyanto, maupun Wahid Budi Utomo dalam diskusi ini sepakat jika membangun branding kopi Kabupaten Semarang butuh sinergi yang lebih kuat para petani dengan stakeholder perkopian.

Hal itu bisa dilakukan dengan duduk bersama antara petani, pelaku bisnis hilir kopi, pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama membangun ekosistem perkopian lokal yang lebih kuat.

Karena antara petani dengan pelaku usaha hilir (pengusaha kafe/kedai kopi) saja belum pernah duduk bersama untuk saling bertukar pengalaman dan mengenalkan hasil produknya.

"Saya kira hal itu perlu diinisiasi, agar ikhtiar untuk mengenalkan produk kopi Kabupaten Semarang semakin dikenal luas akan dapat dilakukan bersama-sama," tegas Simon.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement