Jumat 14 Oct 2022 17:11 WIB

The 3th ICHST Unisa Yogyakarta Bahas Transformasi Teknologi Kedokteran

Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus terjadi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Panitia ICHST, Askuri, saat membuka The 3th ICHST yang digelar Unisa Yogyakarta.
Foto: Dokumen
Ketua Panitia ICHST, Askuri, saat membuka The 3th ICHST yang digelar Unisa Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar The 3th International Conference of Health Science and Technology (ICHST). Konferensi ini digelar melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unisa Yogya selama dua hari mula 4-5 Oktober 2022.

Ketua Panitia ICHST, Askuri mengatakan, kegiatan dirancang sebagai wadah bagi para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Utamanya, dalam rangka menyumbangkan keahlian dan pengalaman terkait transformasi teknologi yang dilihat dari dimensi kesehatan dan ilmu kedokteran.

Askuri menyebut, ICHST kali ini digelar dengan topik Transformation of Technology for a Better Life. Kegiatan ini, lanjutnya, juga menjadi bagian dari seri kedua atau The 2nd 'Aisyiyah International Conference on Health Sciences and Medicine (A-HMS).

"Konferensi ini mencoba memfasilitasi dialektika ilmiah antara peneliti, dosen, dan orang-orang yang bertekad di dunia akademik untuk berbagi penemuan dan pengetahuan baru," kata Askuri dalam membuka konferensi yang diselenggarakan secara daring tersebut, Jumat (14/10/2022).

 

Saat ini, dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus terjadi. Ia menyebut, dinamika itu tidak akan pernah berhenti, sehingga penemuan demi penemuan teknologi baru akan terus bermunculan.

"Namun, dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali terbentur pada batas-batas etika dan moral sebagai masyarakat manusia," ujarnya.

Askuri juga menyatakan, perkembangan bioteknologi, teknologi digital, teknologi kesehatan, inovasi ekonomi dan kebijakan, juga terkadang menimbulkan perdebatan etis. Yakni perdebatan terkait apakah teknologi baru yang ditemukan akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, atau justru akan menjerumuskan manusia ke dalam masalah baru.

"Oleh karena itu, seharusnya sains tidak berada di atas menara gading, tetapi harus menyerap percakapan antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sains selalu menemukan konteksnya dalam kehidupan manusia," jelas Askuri.

Melalui konferensi ini, diharapkan dapat memberikan dampak kepada dunia sains dan teknologi, termasuk dunia kesehatan. Ia pun menyampaikan apresiasi terhadap para pembicara yang berkontribusi dalam kegiatan tersebut.

"Harapannya acara ini akan membawa dampak pada dunia kesehatan sains dan teknologi, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sejarah umat manusia," tambahnya.

Dalam konferensi ini, hadir sejumlah pembicara dari berbagai universitas di Indonesia dan dunia. Di akhir acara, juga diumumkan presentasi terbaik dan pembagian doorprize.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement