Selasa 25 Oct 2022 14:55 WIB

Ayah dan Anak Pecinta Lingkungan Hijaukan Mangrove Segara Anakan

Usaha persemaian Krida Wana Lestari membantu ekonomi warga lokal.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Joko Widodo saat penanaman mangrove di Kabupaten Cilacap. (Dok. Kolak Sekancil)
Foto: Dok. Kolak Sekancil
Presiden Joko Widodo saat penanaman mangrove di Kabupaten Cilacap. (Dok. Kolak Sekancil)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Tidak ada yang menyangka bahwa hutan mangrove di wilayah Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap yang kini rimbun dan sangat asri, dulunya begitu gersang. Hutan mangrove tersebut bahkan menjadi salah satu tempat eduwisata di wilayah Cilacap.

Rimbunnya kawasan hutan mangrove ini berkat perjuangan seorang warga lokal bernama Wahyono, yang rutin menanam mangrove bersama seluruh anggota keluarganya di wilayah yang gersang.

Salah seorang anak Wahyono yang kini turut meneruskan perjuangan ayahnya, Joni Rianto (29 tahun), bercerita bahwa dulunya pada tahun 90-an, ada pembukaan lahan besar-besaran untuk tambak udang. Sekitar tahun 1997 para investor tambak udang bangkrut karena virus pada udang, sehingga mereka meninggalkan lahan yang sudah gersang dan gundul.

Selama tahun-tahun berikutnya, kawasan hutan mangrove yang memprihatinkan telah membuat warga lokal kehilangan kesempatan kerja di wilayah alam yang tandus. Saat itulah Wahyono mulai mengajak istri dan dua anaknya menanam bibit mangrove di dusun mereka, Dusun Lempung Pucung.

 

"Awalnya kami menanam propagul (buah mangrove) di halaman rumah, lalu di lahan kritis terdekat. Biasanya sekitar 1000 sampai 5000 propagul setiap minggu," tutur Joni.

Propagul tersebut mereka dapatkan dari pohon-pohon mangrove yang masih tersisa di sana. Perjuangan keluarga mereka yang disebut keluarga lestari di sekitar tahun 2000 tersebut rupanya menginspirasi warga sekitar yang juga gerah dengan kondisi lahan kritis di wilayah mereka. Perlahan para warga pun ikut bergabung menanam propagul mangrove di lahan mereka, sehingga terbentuklah kelompok konservasi mangrove Krida Wana Lestari pada tahun 2005.

Kini, jumlah warga lokal yang bergabung di organisasi ini ada sekitar 50 orang, dengan kegiatan utama persemaian dan penanaman bibit. Akan tetapi, mereka akan mendapatkan tambahan bantuan dari warga lokal setiap ada program penanaman, hingga melebihi 150 orang.

Konsistensi kelompok ini untuk terus menggaungkan konservasi mangrove perlahan menghijaukan wilayah Segara Anakan. Daratan di Segara Anakan semakin meluas dikarenakan pada wilayah tersebut terjadi sedimentasi dari lumpur-lumpur yang berasal dari berbagai sungai seperti Sungai Citanduy, Cibeureum dan Cikonde. Kelompok konservasi ini pun terus menanami wilayah yang setiap harinya semakin meluas hingga mangrove tumbuh subur. Hingga 2022, sudah 1,7 juta bibit mangrove yang ditanam di wilayah Segara Anakan.

Menurut Ketua Krida Wana Lestari, Wahyono (57 tahun), identifikasi yang dibantu oleh Pertamina pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Segara Anakan telah memiliki 56 spesies mangrove.

"Saya dan anak saya, Joni, melakukan identifikasi sendiri dengan koordinat dan lokasi selama 2013-2017. Hasilnya berupa buku tentang spesies mangrove di sini, awalnya 35 spesies kemudian kami update lagi di 2018 ada 56 spesies," tutur perintis kelompok konservasi ini.

Beberapa jenis mangrove yang umum dan dijual di sana adalah Rhizopora sp, Bruguiera sp, Avicenia sp, Xylocarpus sp, Soneratia sp, dan Baringtonia asiatica. Sedangkan spesies mangrove langka yang dibudidayakan di sana untuk pengkayaan spesies adalah Excoeraria agallocha, Dolichandrone canarona, Intsia bijuga, Ceriops sp, dan Ficus retusa.

Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa spesies mangrove terus meningkat seiring dengan meluasnya kawasan hutan mangrove. Bahkan ditemukan juga beberapa jenis mangrove langka seperti Heritiera globuza.

Kawasan hutan mangrove juga menjadi asuhan bagi biota di dalamnya. Rimbunnya kawasan mangrove membuat beragam jenis burung membuat sarang di sana, bahkan juga menjadi tempat migrasi beragam burung.

Saat ini, wilayah tersebut dikenal sebagai arboretum mangrove terlengkap di Indonesia, dengan 64 jenis burung, 8 jenis mamalia, dan 3 jenis reptil. Menurut data PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) IV Cilacap, di sana juga terdapat dua spesies flora dan 12 fauna dengan status konservasi tinggi, 

Tingkatkan Perekonomian Warga Lokal

Meskipun tujuan awalnya untuk melestarikan mangrove, usaha persemaian Krida Wana Lestari juga semakin berkembang sehingga membantu ekonomi warga lokal. Tak tanggung-tanggung, omzet dari penjualan bibit mangrove kelompok tersebut dapat mencapai Rp 1,5 miliar hingga 2 miliar dalam setahun. "Saat pandemi turun 50 persen jadi sekitar Rp 700-800 juta. Tahun ini sudah mulai membaik, sudah Rp 1,1 miliar sampai September," ungkap Joni.

Dari omzet tersebut, anggota Krida Wana Lestari bisa mendapatkan penghasilan rata-rata Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta sebulan. Tentunya ini membantu mereka yang kebanyakan merupakan petani tadah hujan.

Salah satu anggota bernama Wanto Susanto (30 tahun) mengungkapkan bahwa ia bisa mendapatkan Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per harinya untuk pembibitan dan penanaman. "Pendapatan saya jauh lebih baik dibandingkan waktu tani padi. Daripada bertani, saya bisa mendapatkan 3,5 juta sampai 4,4 juta dengan konservasi," ungkap Wanto.

Selama pandemi kelompok konservasi ini juga menerima para pemuda yang terkena PHK saat merantau. Mereka kembali ke kampung halaman di Kampung Laut ini dan membantu anggota Krida Wana Lestari melakukan persemaian dan penanaman dengan upah per harinya. Tidak hanya itu, anak-anak sekolah yang harus bersekolah di rumah juga menghabiskan waktu mereka untuk membantu kegiatan kelompok konservasi ini.

Dengan produksi bibit maksimal 1 juta bibit per tahun, tentunya tenaga besar diperlukan. Apalagi kawasan mangrove Segara Anakan dikenal memiliki jenis mangrove yang sangat lengkap dan beragam, sehingga kawasan mangrove dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia sering memesan bibit ke kelompok ini.

Local Hero dan Kampung Proklim

Perjuangan Wahyono untuk merintis kelompok konservasi ini membuatnya dinobatkan sebagai Local Hero oleh Pertamina pada 2018. Tidak hanya itu, kelompok ini pun menjadi mitra binaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) IV Cilacap.

Kemudian bersama Pertamina dibentuklah Arboretum Kolak Sekancil (Konservasi Laguna Segara Anakan Cilacap) pada 2016 yang terdiri dari kelompok konservasi, pemuda wisata, olahan makanan dari mangrove, dan batik ecoprint. Sedangkan kelompok pembuatan hand sanitizer baru dimulai pada saat pandemi.

Diakuinya, dukungan Pertamina sangat membantu kelompok mereka dalam berkonservasi. Apalagi Pertamina setiap tahunnya rutin membeli bibit mereka untuk dilakukan penanaman di Segara Anakan, hingga mereka dapat menanam 1,7 juta bibit mangrove sampai 2022 ini.

"Minggu ini ada penanaman seluas 50 ha dengan jumlah jenis bibitnya 165 ribu dari tiga jenis. Kami sesuaikan penanaman dengan lokasi yang sesuai dengan jenis yang diminta," jelas Wahyono.

Dusun Lempung Pucung, tempat awal mula kelompok konservasi ini dibentuk juga mendapatkan penghargaan Kampung Program Iklim (Proklim) Utama pada 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup, yang akan ditingkatkan menjadi Kampung Proklim Lestari pada tahun 2023 mendatang.

Officer Communication & Relation PT KPI Sunaryo Adi P menjelaskan bahwa pihaknya tertarik untuk terus mendukung kelompok konservasi di dusun tersebut untuk menjadi Kampung Proklim. Dukungan yang diberikan PT KPI tidak hanya membantu dari segi permodalan yakni pembelian bibit dan penanaman, tetapi juga pemasaran hasil-hasil produksi Kolak Sekancil kepada para tamu Pertamina.

"Sebenarnya dalam waktu lima tahun apabila binaan kami sudah mandiri akan dilepas. Tapi kami berkeinginan terus membina, meskipun secara ekonomi sudah mandiri," kata Sunaryo.

Hal ini karena monitoring yang rutin dilakukan PT KPI setiap bulannya menunjukkan bahwa Kolak Sekancil terus berkembang dalam pelestarian ekosistem mangrove di wilayah Segara Anakan. Selain itu, kesejahteraan warga lokal juga semakin meningkat dengan adanya kelompok ini sebagai pusat mata pencaharian mereka. "Apalagi dengan adanya green economy yang terus digaungkan melalui G20, kami menjadi semakin semangat untuk mendukung kampung ini," tutur Sunaryo.

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cilacap menjelaskan bahwa mengingat mangrove bukan kewenangan Pemkab, maka yang selama ini dilakukan DLH yakni mendorong perusahaan untuk mengalokasikan CSR nya untuk kegiatan penanaman mangrove. "Setiap tahun ada penanaman mangrove dari CSR perusahaan, salah satunya Pertamina," ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DLH Her Sri Nintowati.

Berdasarkan peta mangrove nasional 2021, Luas wilayah mangrove Kabupaten Cilacap tercatat sebesar 8.914 hektare. Sedangkan berbagai data citra satelit menunjukkan pada awal 2000 luasan Segara Anakan menyusut hingga kurang dari 1.000 hektare. Menurutnya luasan ini terus meningkat setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan CSR di wilayah tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement