Kamis 03 Nov 2022 08:17 WIB

Kabupaten dan Kota di DIY Diminta Asesmen Destinasi Wisata Rawan Bencana

Perlu adanya kawasan wisata aman bencana yang dibentuk di destinasi wisata.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Warga melintas usai mencari rumput di Bukit Klangon, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (13/3/2022). Berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Pemerintah Kabupaten Sleman menutup sementara sejumlah destinasi wisata yang berada dalam radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi pasca awan panas guguran pada Rabu (9/3).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga melintas usai mencari rumput di Bukit Klangon, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (13/3/2022). Berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Pemerintah Kabupaten Sleman menutup sementara sejumlah destinasi wisata yang berada dalam radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi pasca awan panas guguran pada Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY meminta agar pemerintah kabupaten/kota melakukan asesmen terhadap destinasi wisata yang masuk dalam kawasan rawan bencana. Asesmen dilakukan untuk memetakan potensi bencana yang dapat terjadi di destinasi wisata.

Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana, setelah terjadinya longsor di jalan di kawasan Bukit Bintang, Patuk, Gunungkidul beberapa hari lalu. Longsor yang terjadi di kawasan wisata tersebut memakan hingga separuh badan jalan.  

"Diasesmen saja kabupaten/kota terhadap kawasan-kawasan yang di mana itu banyak aktivitas, termasuk kunjungan wisatawan, tapi di sisi lain dimana banyak kerawanan," kata Biwara di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (2/11/2022).

Biwara menyebut, perlu adanya kawasan wisata aman bencana yang dibentuk di destinasi wisata. Terlebih, sebagian besar destinasi wisata di DIY sendiri merupakan wisata alam yang berada di kawasan rawan bencana.

"Kita mengusulkan perlu adanya satu kawasan wisata aman bencana, karena kita punya bangunan, punya Pantai Selatan, Patuk, di Kulon Progo ada Pegunungan Menoreh, banyak destinasi-destinasi menarik. Saya kira itu perlu kecermatan dalam melihat potensi (bencana) yang mungkin terjadi, yang sebelumnya belum ada," ujar Biwara.

Biwara menekankan, pengelola pariwisata maupun masyarakat di sekitar destinasi wisata juga meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana. Terlebih, juga sudah dibentuk tim siaga bencana dalam rangka kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap bencana ini hingga tingkat paling bawah, seperti adanya kampung tangguh bencana, tagana, hingga Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

"Itu saya kira menjadi komponen kita semua untuk membangun kesiapsiagaan, karena wisata itu unggulan kita, tapi juga ada risiko disitu. Kalau itu sampai terjadi (bencana), bisa merusak citra pariwisata kita," katanya menambahkan.

Saat ini, jalan longsor di Bukit Bintang tersebut sedang dalam perbaikan. Biwara juga menuturkan bahwa daerah tersebut masuk dalam kawasan rawan longsor, sehingga sudah dipasang early warning system (EWS).

Pada saat terjadi longsor pun, katanya, EWS tersebut berfungsi dengan baik. "Kita memasang satu titik disana EWS untuk tanah longsor, itu memberi informasi ke ke kita kalau ada hujan dengan durasi lama dan intensitas tinggi. Kalau melampaui ambang batas, itu masyarakat (langsung) dievakuasi," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement