Ahad 13 Nov 2022 14:56 WIB

Wahid Foundation: Penting Maknai Hari Pahlawan dengan Teladani Pemikiran Gus Dur

Pemerintah diharapkan berupaya konkret pada penanaman nilai Pancasila.

Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).
Foto: wahid insitute
Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era milenial seperti sekarang ini para pelajar dan pemuda diharapkan berperan untuk meneruskan cita-cita para pahlawan. Walau sudah merdeka dari penjajahan, tetapi permasalahan berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, kesehatan, keamanan tetap selalu ada dalam menghiasi sendi kehidupan bermasyarakat.

Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi mengutarakan pentingnya segenap generasi muda untuk meneladani dan meneruskan buah pemikiran Presiden RI ke-4, almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam konteks kebinekaan. Hal ini guna merawat dan meneruskan cita-cita persatuan Indonesia.

"Semangat Gus Dur sangat jelas, idenya tentang pribumisasi yaitu apapun kepercayaan kita, apapun keyakinan agama kita itu perlu dikontekstualisasikan dalam kebinekaan Indonesia," ujar Mujtaba Hamdi di Jakarta, Jumat (11/11/2022).

Dirinya melanjutkan, pribumisasi yang dikemukakan oleh Gus Dur memiliki makna kontekstualisasi keyakinan agama dengan kebinekaan Indonesia, beradaptasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.

Mujtaba menilai, kontektualisasi inilah yang nantinya melahirkan semangat toleransi dan nasionalisme untuk menjaga serta merawat Indonesia.

"Artinya, ketika (ajaran agama) hadir di Indonesia maka jadi bagian dari Indonesia, beradaptasi, bertransformasi menjadi Islam Indonesia, Katolik Indonesia, Kristen Indonesia, dan seterusnya. Itu yang bisa kita teladani dari Gus Dur. Kepercayaan yang kita anut, kita kontektualisasikan dengan kebudayaan dan kebinekeaan di indonesia," jelasnya.

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia ini juga mengutarakan peringatan Hari Pahlawan 10 November sejatinya memiliki dua makna penting. Pertama, menandai semangat perjuangan bangsa Indonesia, bahwa bangsa ini tidak lahir, tidak terbentuk dan tidak terbangun dari ruang kosong, tapi dari perjuangan seluruh anak bangsa.

"Semangat ini perlu kita bawa bersama untuk mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kreatifitas, dan karya yang terdepan. Sehingga semangat kepahlawanan ini kita serap, energi anak muda kita serap untuk membawa Indonesia semakin bersinar di dunia global," ucap Mujtaba Hamdi.

Kedua, pahlawan di Indonesia ini terdiri dari banyak suku bangsa, banyak agama. Hal ini menurutnya, menunjukkan semangat kebinekaan sehingga perlu disadari bahwa kepahlawanan di Indonesia ini tidak didominasi oleh agama maupun suku bangsa manapun, tapi diiisi oleh elemen bangsa dari ujung Aceh hingga ujung Papua. "Artinya 10 November sebagai Hari Pahlawan juga merupakan hari kebinekaan dalam memperjuangkan bangsa ini," ujarnya.

Oleh sebab itu, penting menurutnya untuk memberikan pemahaman kepada segenap anak bangsa, bahwa tugas yang perlu diemban saat ini adalah merawat Indonesia.  Di mana Indonesia dilahirkan dengan susah payah  oleh para pendahulu, dari usaha-usaha sekelompok orang yang ingin mendeligitimasi kebinekaan Indonesia.

"Ketika ada usaha untuk mendeligitimasi kebhinekaan Indonesia, nah itu perlu sama-sama untuk kita counter. Kita bukan counter orangnya, tapi mereduksi usahanya. Langkahnya yang berupaya mengikis filosofi kemerdekaan," ungkapnya.

Ia berharap pemerintah mampu menciptakan upaya yang lebih konkret pada tingkat praktis terhadap penanaman nilai Pancasila di mulai dari tingkat pendidikan. Bukan hanya sekedar cerita dan teori. Namun menembus kepada pendalaman praktik nilai-nilainya dan mewujudkannya. Untuk itu perlu langkah kolaborasi dari seluruh pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement