Senin 14 Nov 2022 16:56 WIB

Masjid Raya Syeik Zayed, Tonggak Moderasi Islam Asia Tenggara

Di masjid tersebut akan ada Islamic Center sebagai pusat kegiatan kajian Islam.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Yenny Wahid saat hadir dalam peresmian Masjid Raya Syaikh Zayed di Solo.
Foto: Muhammad Noor Alfian
Yenny Wahid saat hadir dalam peresmian Masjid Raya Syaikh Zayed di Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Diresmikannya Masjid Raya Syeikh Zayed di Kota Solo, Jawa Tengah, diharapkan dapat menjadi tonggak moderasi Islam di kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, selain sebagai pusat ibadah, nantinya di masjid tersebut akan ada Islamic Center di sebelahnya sebagai pusat kegiatan kajian Islam.

Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid menjelaskan, setelah Islamic Center telah dibangun, Kota Solo bisa menjadi pusat kajian Islam yang kuat di tataran Asia Tenggara. Sebab, kondisi Islam yang inklusif terdapat di sini.

"Islam di Asia Tenggara itu punya corak yang berbeda, Islam di Asia Tenggara itu kan sangat inklusif, terbuka, dan disebarkannya melalui dagang sehingga dia terbuka dengan semua kalangan," kata Yenny, usai peresmian, Senin (14/11/2022).

Kemudian, Yenny menjelaskan bahwa Islamic Center juga bisa menjadi tempat di mana berbagai kajian dapat berdampingan. Tentunya dengan tujuan menggaungkan Islam di Asia Tenggara.

"Nah kajian-kajian semacam itu (berdampingan dengan tradisi bisa menerima tradisi) diperlukan untuk menggaungkan Islam di Asia Tenggara. Karena bagaimanapun jumlah umat Muslim di Asia Tenggara jauh lebih banyak daripada jumlah umat Muslim di Timur Tengah," terangnya.

Selanjutnya, Yenny mengatakan jika digabungkan jumlah umat Muslim di Indonesia, Malaysia, India, dan di Cina sudah 3/4 dari jumlah umat Muslim di dunia. Artinya, penyebaran Islam di negara-negara tersebut itu menjadi penting untuk dikaji.

"Bagaimana caranya beradaptasi dengan budaya lokal, bagaimana persebarannya, kemudian seperti apa yang dilakukan melalui corak apa karena tidak melalui pedang loh penyebaran Islam terutama tanah Jawa, tanah Nusantara," tegasnya.

Hal tersebut sejalan dengan program dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamaruddin Amin, terkait masjid sebagai pusat moderasi. Sebab sarana pelopor moderasi beragama yang paling tepat, karena masjid bukan sekadar tempat ibadah.

Masjid dapat berfungsi sebagai pusat interaksi sosial hingga ekonomi masyarakat. “Melalui program MPMB, kami menilai akan terjadi revitalisasi peran masjid untuk semakin profesional pengelolaannya, semakin moderat cara pandang dan paham keagamaan seluruh ekosistemnya,  juga kian berdaya dalam memberdayakan umatnya,” kata Kamaruddin Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement