Kamis 12 Jan 2023 16:24 WIB

Gerakan Zero Sampah Anorganik Disebut Signifikan Kurangi Volume Sampah di Yogyakarta

Penurunan volume sampah rata-rata mencapai 15 ton per hari.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Petugas kebersihan mengangkut sampah ke atas truk pengangkut di tempat pembuangan sampah Lempuyangan, Yogyakarta, Ahad (18/12/2022). Masyarakat Kita Yogyakarta mulai Januari 2023 dilarang membuang sampah anorganik. Pemerintah menghimbau masyarakat mengelola sampah anorganik secara mandiri atau melalui bank sampah. Aturan nol sampah anorganik ini tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota Jogja No 660/6123/SE/2022 tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas kebersihan mengangkut sampah ke atas truk pengangkut di tempat pembuangan sampah Lempuyangan, Yogyakarta, Ahad (18/12/2022). Masyarakat Kita Yogyakarta mulai Januari 2023 dilarang membuang sampah anorganik. Pemerintah menghimbau masyarakat mengelola sampah anorganik secara mandiri atau melalui bank sampah. Aturan nol sampah anorganik ini tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota Jogja No 660/6123/SE/2022 tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gerakan zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta sudah berjalan hampir dua pekan. Sejak diterapkan pada awal Januari 2023, gerakan ini berdampak pada berkurangnya volume sampah, terutama yang dibuang ke TPA Piyungan.

Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Mareta Hexa Sevana mengatakan, penurunan volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan cukup signifikan. Penurunan volume sampah saat awal mulai diterapkannya gerakan tersebut, rata-rata mencapai 15 ton per hari.

Meskipun begitu, angka tersebut belum mencerminkan secara keseluruhan volume sampah yang berkurang di Kota Yogyakarta. Hal ini mengingat rekapan volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan didapatkan pada akhir bulan.

"Dari pantauan sekilas saja di tiga hari pertama, sudah terlihat bahwa total timbangan sampah harian yang masuk ke TPA Piyungan yang berasal dari wilayah Kota Yogyakarta mengalami penurunan tonase, rata-rata sekitar 15 ton per hari. Harapannya nanti setelah direkap selama sebulan akan makin jelas terlihat penurunannya dengan signifikan," kata Mareta kepada Republika, Kamis (12/1/2023).

Kepala DLH Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto juga mengatakan terdapat penurunan volume sampah sekitar 15 ton per hari sejak diterapkannya gerakan zero sampah anorganik. "Sudah mulai ada pengurangan volume sampah. Ini menjadi awal yang baik," kata Sugeng.

Jumlah tersebut, katanya, berdasarkan perhitungan secara keseluruhan volume sampah dari Kota Yogyakarta yang dibawa ke TPA Piyungan, sehingga belum dirinci pengurangan berdasarkan jenis sampah organik, anorganik dan residu.

Sebelum diterapkannya gerakan zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta, volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan mencapai 260 ton per hari. 55 persen dari jumlah tersebut merupakan sampah organik, dan 45 persen lainnya merupakan sampah anorganik.

Meski begitu, Sugeng mengakui bahwa volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan tersebut masih ada yang tercampur antara organik dan anorganik. Hal ini dikarenakan masyarakat yang masih diperbolehkan membuang sampah residu, seperti sampah popok, pembalut dan tisu.

Untuk itu, sosialisasi gerakan zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta saat ini terus digencarkan. Diharapkan, ke depannya masyarakat sudah terbiasa untuk melakukan pemilahan dan pengolahan sampah organik dan anorganik.

"Makanya proses sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk memilah sampah terus seiring berjalan untuk membiasakan perubahan perilaku dalam mengelola sampah,” ujar Sugeng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement