Senin 27 Feb 2023 06:13 WIB

BPPTKG: Aktivitas Vulkanik Merapi Masih Cukup Tinggi

Cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Visual Gunung Merapi terlihat jelas dari Klangon, Sleman, Yogyakarta, Kamis (27/10/2022).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Visual Gunung Merapi terlihat jelas dari Klangon, Sleman, Yogyakarta, Kamis (27/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY menyebut bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dalam sepekan terakhir. Status aktivitas Merapi pun masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.

"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif," kata Kepala BPPTKG DIY, Agus Budi Santoso, Sabtu (25/2/2023).

Agus menjelaskan, potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan dan barat daya. Yakni meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Sedangkan, guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. "Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ujar Agus.

Pihaknya mencatat bahwa selama sepekan terakhir, guguran lava teramati sebanyak 11 kali ke arah barat daya atau hulu Kali Boyong dan Kali Bebeng, dengan jarak luncur maksimal 1.700 meter. Selain itu, katanya, suara guguran terdengar dari Pos Babadan sebanyak empat kali dengan intensitas kecil hingga sedang.

Lebih lanjut, Agus menyebut bahwa terjadi longsoran dinding lava tahun 1998 pada 10 Februari 2023 lalu berdasarkan kamera di Pos Pemantauan Merapi Jrakah. Longsoran tersebut diidentifikasi merupakan bagian dari dinding lava yang sudah lapuk, dan mengalami alterasi kuat.

"Adanya dinding lava 1998 yang mengalami longsoran, tidak mengubah morfologi puncak dan kubah lava di Gunung Merapi secara signifikan," jelasnya.

Terkait dengan kegempaan, dalam sepekan terakhir pihaknya mencatat intensitasnya masih tinggi. Setidaknya, tercatat sebanyak 596 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA), 25 kali gempa Fase Banyak (MP), 338 kali gempa Guguran (RF), tiga kali gempa Hembusan (DG), dan tujuh kali gempa Tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi, dan pemantauan deformasi Gunung Merapi pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan," tambah Agus.

Sementara itu, untuk cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari. Sedangkan, pada siang hingga malam hari berkabut.

Berdasarkan pengamatan tersebut, BPPTKG mencatat bahwa terpantau asap berwarna putih dengan ketebalan tipis hingga tebal, tekanan lemah, dan ketinggiannya mencapai 50 meter. Asap putih tersebut teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos pada pukul 06.37 WIB, 22 Februari 2023.

Sementara itu, selama sepekan terakhir juga terjadi hujan dengan intensitas curah hujan sebesar 62 milimeter per jam selama 55 menit di Pos Pengamatan Merapi Kaliurang.

Pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan G. Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 62 mm/jam selama 55 menit di Pos Kaliurang pada 22 Februari 2023. Meski begitu, lanjut Agus, tidak dilaporkan adanya penambahan aliran maupun lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Berdasarkan potensi bahaya Merapi dan hasil pengamatan dalam sepekan terakhir, masyarakat diminta untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Termasuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.

"Serta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement